TUGAS MAKALAH ILMU TAFSIR
“Tafsir surat Al-Qadr ayat 1-5”
Dosen Pembimbing:
Hardivizon,M.ag
Disusun Oleh kelompok 4.b :
1.
Warnando
2.
Wida yusari
3.
Yesi puspita sari
4.
Yuni wahyuningsih
PROGRAM
STUDI PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN
CURUP
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana kasih karunianya yang
telah menguatkan kita semua, terlebih-lebih bagi kami pribadi yang telah
menyelesaikan tugas pembuatan suatu makalah sederhana Mata Kuliah Ilmu Tafsir.
Selaku
umat insani yang beragama, maka patutlah kita mensyukuri atas segala berkat dan
kasih karunia Tuhan yang telah kita dapatkan tersebut. Sebab tanpa olehnya,
saya yakin bahwa apa yang telah di rencanakan sebelumnya, hanyalah ukiran bibir
semata yang tiada pernah berwujud.
Sesuai
tugas yang dibebankan oleh bapak dosen kami, yakni Bpk. Hardivizon,M.ag. Mata Kulia ILMU TAFSIR, yaitu pembuatan
makalah tentang, TAFSIR
MUQARIN (Q.S Al-Qadr), maka dengan itu, kami telah mencoba
menyusunnya walau dengan beribu kesalahan maupun kelemahan yang terdapat di
dalam pembuatannya, untuk itu sikap lapang dada dan rasa ma’af yang
sebesar-besarnya sangat diharapkan. Terima kasih.
Hormat Kami:
KELOMPOK
4.B
Tafsir Q.S. Al Qadr ayat 1-5
A.
Ayat Q.S.Al Qadr ayat 1-5
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
الْقَدْرِ {1} وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ {2} لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ {3}
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ
فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ {4} سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ
الْفَجْرِ {5}
B.
Terjemahan
1.
Sesungguhnya
Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.
2.
Dan tahukah
anda Apakah malam kemuliaan itu?
3.
Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan.
4.
Pada malam itu,
turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan.
5.
Malam itu
(penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.
C.
Penafsiran dan analisis
1.
Al Qadr: 1
“Sesungguhnya
kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan”
a.
M. Quraish
Shihab
Surah
yang lalu menguraikan tentang wahyu Al-Qur’an yang pertama, ayat diatas
menguraikan tentang masa turunnya wahyu al-Qur’an yang pertama itu dengan
menyatakan: Sesungguhnya Kami Allah, melalui Malaikat Jibril, telah
menurunkannya, yakni al-Qur’an atau ke lima ayat pada awal surah Al-‘Alaq
yang lalu, pada malam al Qadr.
Kata(
انز لنه) anzalnahu terdiri dari kata-kata (أنزل) anzala atau telah
menurunkan(نا )na yang merupakan pengganti nama banyak persona kedua, serta (ه) hu yang merupakan pengganti
nama tunggal persona ketiga. Kata (أنزل ) anzala terambil dari
kata (نزل ) nazala, yakni turun atau berpindah dari tempat yang tinggi
ketempat yang rendah, baik secara material maupun inmaterial. Bentuk lain yang
juga terambil dari kata tersebut adalah (نزل ) nazzala. Para pakar
bahasa berusaha menemukan perbedaan makna kedua kata-kata itu. [1]
Sebagian
mereka setelah menelusuri penggunaan al-Qur’an terhadap keduanya berpendapat
bahwa kata anzala pada umumnya digunakan untuk menunjuk kepada turunnya sesuatu
secara utuh sekaligus, sedang kata nazzala
digunakan untuk turunnya sesuatu sedikit demisedikit atau
berangsur-angsur. Atas dasar itu dan atas dasar segalanya dan atas dasar adanya
dua kata yang digunakan al-Qur’an untuk menjelaskan turunnya kitap suci umat
islam ini, mereka berkesimpulan bahwa al-Qur’an penah turun sekligus dan itulah
yang di tunjuk oleh ayat yang menggunakan kata anzalanahu sebagaimana ayat
diatas, sebagai mana pernah juga turun berangsur-angsur dan itulah yang di
tunjuk oleh ayat yang menggunakan kata nazzala. Diturunkannya al-qur’an
sekaligus kata mereka adalah dari al-lauh al-mahfuzh kelangit dunia, sedang
diturunkannya berangsur-angsur adalah dari langit dunia kepada nabi Muhammad
saw., yang di bawa oleh malalikat jibril selama 22tahun 2bulan 22hari. [2]
Ada
juga ulama yang berpendapat dalam al-quran hanya turun berangsur-angsur. Namun
demikian, mereka juga membedakan antara kedua redaksi tersebut. Dalam hal ini,
mereka berpendapat bahwa kata anzzalna seperti ayat di atas berarti memulai
menurunkanya, sedangkan kata nazzalna menekankan informasinya pada turunnya
al-quran secara berangsur-angsur. Pandangan ini dapat dikuatkan dengan
mengamati bagwa kata anzzalna, dalam kaitannya dengan al-quran, dikaitkan
dengan waktu atau tempat tertentu, sedang kata nazalna tidak dikaitkan dengan
waktu.
Pada
ayat diatas, kata”al-Qura’an “ tidak disebut secara
eksplisit (tegas). Ia hanya di tunjuk dengan pengganti nama (nya). Hal itu
agaknya untuk memberi kesan tentang keagungan wahyu-wahyu illahi itu karena
salah satu bentuk pengagungan yang dikenal dalam hal yang di agungkan selama
telah ada Qarinah (indikator atau tanda-tanda) yang dapat mengantar pendengar
atau pembacanya kepada yang diagungkan itu. Itu juga mengisyaratkan bahwa
al-quran selalu hadir dalan benak mitra bicara karena memang ayat-ayatnya
memberi pengaruhluar biasa di tengah masyarakat muslim atau non muslim ketika
itu.
Kata
(ليلة) laila dari segi bahasa berarti hitam pekat, itu sebabnya malam
dan rambut yang hitam keduanya di namai (ليل ) lail kata malam di
mulai dari tenggelamnya matahari hingga terbitnya pajar. Kita tidak memmeroleh informasi yang pasti,
apakah turunnya pada awal malam, pertengahan, atau akhirnya. Benar bahwa ada
riwayat yang menyatakan bahwa “Allah turun” pada sepertiga malam terakhir untuk
menerima taubat hamba-hambanya atau memperkenankan permohonan mereka, namun itu
tidak dapat di jadikan dasar untuk menyatakan bahwa wahyu pertama yang diterima
oleh nabi muhammad saw adalah pada saat tersebut.karena itu,penentuan saat yang
pasti bagi eristiwa yang amat besar itu sepenuhnya kita serahkan kepada Allah
dan Rasul-Nya.
Disisi
lain,kita dapat berkata bahwa al-Qur’an menyebut bahwa bulan Ramadhan sebagai
bulan turunnya al-Qur’an(QS.al-Baqarah{2}:185)dan itu terjadi pada malam hari
,tetapi tanpa menetapkan tanggal tertentu.
Sementara
ulama cendrung menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17
Ramadhan, dengan merujuk kepada firman-Nya:[3]
bÎ)óOçGYä.NçGYtB#uä«!$$Î/!$tBur$uZø9tRr&4n?tã$tRÏö6tãtPöqtÈb$s%öàÿø9$#tPöqts)tGø9$#Èb$yèôJyfø9$#3
Ada
ulama yang berpendapat bahwa lailat al-qadr hanya terjadi sekali itu dan tidak
akan ada lagi sesudahnya.pakar hadits,Ibn Hajar menyebutkan alasan ulama-ulama
itu antara lain sebuah riwayat yang dinisbahkan kepada nabi saw.Yang bersabda
tentang lailat al-qadr yang menyatakan “iinnaha Rufi’at”(sesungguhnya malam
al-qadr telah terangkat,dengan arti sudah tidak akan datang lagi).Pendapat ini
tidak dapat diterima kecuali jika yang dimaksud dengannya adalah hari pertama
turunya al-qur’an.Karena,mayoritas ulama berpendapat bahwa setiap tahun terjadi
lailatul qadr dan bahwa malam tersebut
menjadi mulia bukan saja karena al-qur’an turun karenaitu,tetapi malam
itu sendiri memiliki kemuliaan, yang kemudian kemuliaannya bertambah dengan
turunnya al-qur’an. [4]
b.
Ibn Katsir
Allah
swt mengabarkan bahwa dia menurunkan al-qur’an pada lailatul qadr,yaitumalam
yang penuh berkah, sebagai mana firman Allah swt:
انآ انز لنه في ليلة القدر (Sesungguhnya kami telah menurunkannya pada (al-qur’an)pada malam
kemuliaan) itulah malam yang penuh berkah yaitu suatu malam yang ada diantara
malam-malam bulan ramadhan,sebagai mana firman allah:
ãökytb$ÒtBuüÏ%©!$#tAÌRé&ÏmÏùãb#uäöà)ø9$#WèdĨ$¨Y=Ïj9;M»oYÉit/urz`ÏiB3yßgø9$#Èb$s%öàÿø9$#ur4
“Bulan
ramadhan,bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan)al-qur’an sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil).”(Qs.Al-Baqarah(2):185)
Ibnu
Abas serta lainnya berkata: Allah swt menurunkan al-qur’an secara keseluruhan
dari lauh mahfus menuju Baitul izzah diantara langit dan bumi, kemudian
diturunkan secara terperinci sesuai dengan kejadian, selama 23tahun pada
Rasulullah SAW. [5]
Alllah
SAW lalu berfirman (Dalam rangka memuliakan lailatul qadr; Allah menurunkan
Al-quran pada malam itu).
c.
Kementrian Agama RI
Kosa kata: Lailatul
Qadrليلة القدر (al-qadr/97:1)
Kata lailah berarti malam, yaitu mulai dari
terbenam matahari sampai terbit fajar. Kata lailah
juga berati hitam pekat. Itulah sebabnya malam dan rambut yang hitam keduanya
dinamai lail karena malam itu gelap sehingga kelihatan hitam.
Sedang kata
al-qadr berasal dari kata qadara/ qodira-yaqduru/ yaqdaru-qadran wa qudratun wa
maqdiratan, yang berarti kuasa atau mampu, kadang banyaknya sesuatu, untung,
nasib, kekayaan dan kemuliaan. Tetapi lailatul-qadr sering diartikan dengan
malam mulia. Ulama berbeda pendapat tentang makna al-qadr. Ada yang berpendapat
artinya adalah penetapan, karena pada malam qadr allah menetapkan perjalanan
hidup mahluk selama setahun. Ada pula yang berpendapat bahwa al-qadr maknanya
adalah pengaturan pada malam turunnya al-quran itu, Allah mengatur strategi
nabi Muhammad mengajak manusia kepada kebajikan. Pendapat lain mengatakan bahwa
al-qadr berarti kemuliaan, karena Allah menurunkan aq-qur’an pada malam yang
mulia. Ada pula pendapta bahwa al-qadr bermakna sempit, karena pada malam
turunnya al-qur’an banyak malaikat turun sehingga bumi menjadi sempit, sesak
dengan para malaikat. [6]
Kata
lailahtul qadr disebutkan 3 kali dalam al-qurn dan semuanya disebutkan dalam
surah al-qur’an:
Munasabah
Pada
akhir surah al-alaq, nabi muhammad di perintahkan beribadah, yaitu bersujut dan
mendekatkan diri kepada Allah. Pada awal surah al-qadr diterangkan bahwa
al-qur’an diturunkan pada malam kemuliaan (lailatul-qadr) yang mana beribadah
pada malam itu pahalanya lebih baik dari pada beribadah seribu bulan.
Tafsir
1. Terdapat
4 tempat dalam al-quran yang menerang penurunanya kepada nabi saw yaitu:
a. Dalam
surah al-qadr
b. Dalam
surah ad-dukhan, yaitu pada firman-Nya:
üNmÇÊÈÉ=»tGÅ6ø9$#urÈûüÎ7ßJø9$#ÇËÈ!$¯RÎ)çm»oYø9tRr&Îû7's#øs9>px.t»t6B4$¯RÎ)$¨Zä.z`ÍÉZãBÇÌÈ$pkÏùä-tøÿã@ä.@øBr&AOÅ3ymÇÍÈ#\øBr&ô`ÏiB!$tRÏYÏã4$¯RÎ)$¨Zä.tû,Î#ÅöãBÇÎÈZpyJômu`ÏiBy7Îi/¢4¼çm¯RÎ)uqèdßìÏJ¡¡9$#ÞOÎ=yèø9$#ÇÏÈ
Ha mim. Demi kitab
(al-quran) yang jelas, sesungguhnya kami menurunkanya pada malam yang
diberkahi. Sungguh, kamilah yang memberi peringatan pada (malam itu) dijelaskan
segala urusan yang penuh hikmah (yaitu) urusan dari sisi kami sungguh, kamilah
yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari tuhan mu. Sungguh, ia maha
mendengar, mengetahui. (ad-dukhan/ 44: 1-6)I
c.
Dalam surah al-baqarah, yaitu pada
firman-Nya:
ãökytb$ÒtBuüÏ%©!$#tAÌRé&ÏmÏùãb#uäöà)ø9$#WèdĨ$¨Y=Ïj9;M»oYÉit/urz`ÏiB3yßgø9$#Èb$s%öàÿø9$#ur4
Bulan
ramadan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan al-quran, sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang benar dan yang batil). (al-baqarah /2:185)
d. Dalam
surah al-anfal, yaitu pada firman-Nya:
(#þqßJn=÷æ$#ur$yJ¯Rr&NçGôJÏYxî`ÏiB&äóÓx«¨br'sù¬!¼çm|¡çHè~ÉAqߧ=Ï9urÏ%Î!ur4n1öà)ø9$#4yJ»tGuø9$#urÈûüÅ3»|¡yJø9$#urÇÆö/$#urÈ@Î6¡¡9$#bÎ)óOçGYä.NçGYtB#uä«!$$Î/!$tBur$uZø9tRr&4n?tã$tRÏö6tãtPöqtÈb$s%öàÿø9$#tPöqts)tGø9$#Èb$yèôJyfø9$#3ª!$#ur4n?tãÈe@à2&äóÓx«íÏs%ÇÍÊÈ
Dan
ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang. Maka
seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnu
musabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami
turunkan kepada hamba kami (muhammad) di hari furqan, yaitu dimana hari
bertemunya 2 pasukan. Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
(al-anfal/ 8:41)
Ayat surah
Al-qadr menyatakan bahwa turunya a-qur’an dari lauh mahfus kebaitul-izzah jelas
pada malam lailatul qadr. Ayat surah ad-dukhan menguatkan turunnya al-qur’an
pada malam yang di berkahi, ayat surah al-baqr menunjukan turunnya al-qur’an
pada bulan ramadhan. Sedangkan surah al-anfal/8:41 diatas menerangkan
penyelesaian pembagian perang pada perang badar. Perang ini disebut
yaumul-furqan karena merupakan pertempuran antara tentara islam dengan tentara
kafir, dimana kemenangan berada ditengan tentara islam.
Dalam ayat ini
diungkapkan bahwa Allah menurunkan
al-quran
pertama kali kepada nabi saw pada malam yang mulia. Kemudian diturunkan terus
menerus secara berangsur-angsur menurut peristiwa dan suasana yang menghendakinya
dalam jangka waktu 22 tahun lebih sebagai petunjuk bagi
manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat nanti.
Sehubungan
dengan uraian diatas, para ulama mengatakan bahwa kata anzala dan nazzalah
berbeda penggunaan dan maknanya. Oleh sebab itu, makna anzalnahu dalam surah al-qadr menunjukan turunnya kitab suci
al-qur’qn pertama kali dan sekaligus dari lauhmahfuz ke langit dunia. Kemudian diturunkan
berangsur-angsur dari langit dunia kepada nabi Muhammad, yang dibawa oleh
alaikat jibril selama 22tahun 2bulan dan 22hari. Sedangkan makna nazalah
bermakna diturunkn berangsur-angsur.
Tidak
diragukan lagi bahwa manusia sangat memerlukan A-qur’an sebagai pedoman yang menjelaskan sesuatu yang
mereka ragukan dalam hal-hal yang berhubungan dengan soal-soal keagamaan atau
masalah-masalah dunia. Al-qur’an juga menerangkan kepada mereka kejadian
manusia dan kejadian yang akan datang ketika datangnya hari kebangkitan.
Manusia
memerlukan pegangan tersebut karena tanpanya, mereka tidak dapat memahami
prinsip-prinsip kemaslahatan yang sebenarnya untuk membentuk
peraturan-peraturan dan undang-undang. Oleh sebab itu, benarlah pendapat yang
menyatakan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama dan petunjuk
rohani yang menentukan ukuran dan nilai sesuatu setelah mengetahui secara
ilmiah keadaan dan khasiat sesuatu.
Analisis:
a.
M. Quraish
Shihab
Al-qadar yaitu surah yang menguraikan tentang wahyu Al-Qur’an yang pertama, ayat Al-qadar
menguraikan tentang masa turunnya wahyu al-Qur’an yang pertama itu dengan
menyatakan: Sesungguhnya Kami Allah, melalui Malaikat Jibril, telah
menurunkannya, yakni al-Qur’an atau ke lima ayat pada awal surah Al-‘Alaq
yang lalu, pada malam al Qadr.
Sebagian
mereka setelah menelusuri penggunaan al-Qur’an terhadap keduanya berpendapat
bahwa kata anzala pada umumnya digunakan untuk menunjuk kepada turunnya sesuatu
secara utuh sekaligus, sedang kata nazzala
digunakan untuk turunnya sesuatu sedikit demi sedikit
atau berangsur-angsur. Atas dasar itu dan atas dasar segalanya dan atas dasar
adanya dua kata yang digunakan al-Qur’an untuk menjelaskan turunnya kitap suci
umat islam ini, mereka berkesimpulan bahwa al-Qur’an penah turun sekligus dan
itulah yang di tunjuk oleh ayat yang menggunakan kata anzalanahu sebagaimana ayat
diatas, sebagai mana pernah juga turun berangsur-angsur dan itulah yang di
tunjuk oleh ayat yang menggunakan kata nazzala. Diturunkannya al-qur’an
sekaligus kata mereka adalah dari al-lauh al-mahfuzh kelangit dunia, sedang
diturunkannya berangsur-angsur adalah dari langit dunia kepada nabi Muhammad
saw., yang di bawa oleh malalikat jibril selama 22tahun 2bulan 22hari.
Pada
ayat diatas, kata”al-Qura’an “ tidak disebut secara
eksplisit (tegas). Ia hanya di tunjuk dengan pengganti nama (nya).
Kata
(ليلة) laila dari segi bahasa berarti hitam pekat, itu sebabnya malam
dan rambut yang hitam keduanya di namai (ليل ) lail kata malam di
mulai dari tenggelamnya matahari hingga terbitnya pajar.
b.
Ibn Katsir
Pada ayat ke-1 ini, Allah swt mengabarkan bahwa dia menurunkan al-qur’an pada lailatul
qadr,yaitu malam yang penuh berkah, sebagai mana firman Allah swt:
انآ انز لنه في ليلة القدر (Sesungguhnya kami telah menurunkannya pada (al-qur’an)pada malam
kemuliaan) itulah malam yang penuh berkah yaitu suatu malam yang ada diantara
malam-malam bulan ramadhan,sebagai mana firman allah:
Allah
swt menurunkan al-qur’an secara keseluruhan dari lauh mahfus menuju Baitul
izzah diantara langit dan bumi, kemudian diturunkan secara terperinci sesuai
dengan kejadian, selama 23tahun pada Rasulullah SAW.
c.
Kementrian Agama RI
Kata lailah berarti malam, yaitu mulai dari
terbenam matahari sampai terbit fajar. Kata lailah
juga berati hitam pekat.
lailatul-qadr
sering diartikan dengan malam mulia. Ulama berbeda pendapat tentang makna
al-qadr. Ada yang berpendapat artinya adalah penetapan, karena pada malam qadr
allah menetapkan perjalanan hidup mahluk selama setahun. Ada pula yang
berpendapat bahwa al-qadr maknanya adalah pengaturan pada malam turunnya
al-quran itu, Allah mengatur strategi nabi Muhammad mengajak manusia kepada
kebajikan. Pendapat lain mengatakan bahwa al-qadr berarti kemuliaan, karena
Allah menurunkan aq-qur’an pada malam yang mulia. Ada pula pendapta bahwa
al-qadr bermakna sempit, karena pada malam turunnya al-qur’an banyak malaikat
turun sehingga bumi menjadi sempit, sesak dengan para malaikat.
d.
Al Qadr: 2-3
a. M.
Quraish Shihab
“dan apakah
yang menjadikan engkau tahu apakah Lailatul Qadr? Lailatul Qadr lebih baik dari
malam seribu bulan.”
Setelah ayat
yang lalu menjelaskan bahwa al-Qur’an pada malam lailat al- qadr, ayat diatas
menguraikan kehebatan malam itu dengan menyatakan: Dan apakah yang
menjadikan engkau, siapapun engkau walau Nabi Muhammad saw., tahu apakah
Lailat al- Qadr? Engkau tidak akan mampu mengetahui dan menjangkau secara
keseluruhan betapa hebat dan mulia malam itu. Kata-kata yang digunakan manusia tidak dapat
melukiskannya dan nalarnya sukar menjangkaunya. Sekadar sebagai gambaran, Lailat
al- Qadr itu lebih baik dari seribu bulan. [7]
Paling tidak,
ada empat pendapat ulama tentang makna al- Qadr pada ayat diatas. Pertama,
penetapan. Malam al-Qadr adalah malam penetapan Allah atas perjalanan hidup
makhluk selama setahun. Pendapat ini dikuatkan oleh penganutnya, antara lain
dengan firman Allah dalam QS. Ad-Dukhan [44]: 3-4
!$¯RÎ)çm»oYø9tRr&Îû7's#øs9>px.t»t6B4$¯RÎ)$¨Zä.z`ÍÉZãBÇÌÈ$pkÏùä-tøÿã@ä.@øBr&AOÅ3ymÇÍÈ
“sesungguhnya Kami
menrurunkan pada suatu malam yang diberkati dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan. Pada malam itu ditetapkan segala urusan bijaksana,”
Kedua, pengaturan.
Yakni, pada malam turunnya Al-Qur’an, Allah swt mengatur Khittab atau
strategi bagi Nabi-Nya, Muhammad saw., guna mengajak manusia kepada kebajikan.
Ketiga, kemuliaan.
Ini berarti bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan Al-Qur’an pada malam yang
mulia. Malam tersebut menjadi mulia karena kemuliaan al-Qur’an, sebagaimana
Nabi-Nya Muhammad saw., mendapat kemuliaan dengan wahyu yang beliau terima. Ada
juga yang berpendapat bahwa orang-orang yang tadinya tidak memiliki kedudukan
yang tinggi akan mendapatkan kemuliaan apabila pada malam ini mereka dengan
khusyuk tunduk kepada Allah, menyadari dosa-dosanya, serta bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi.
Keempat, sempit. Yakni
pada malam turunnya al-Qur’an, malaikat begitu banyak yang turun sehingga bumi
menjadi penuh sesak bagaikan sempit.
Kita
dapat menerima keseluruhan pendapat diatas yang memang di dukung oleh
penggunaan bahasa. Namun yang pasti, malam tersebut adalam malam mulia lagi
hebat. Kemuliaan dan kehebatan itu, bukan saja dipahami dari kata al-Qadr,
tetapi juga dari kandungan ayat ke 2 diatas, wa ma adrakama lailat al-qadr.
Ungkapan wa ma adraka tidak digunakan al-Quran kecuali menyangkut
persoalan-persoalan besar dan hebat yang tidak mudah diketahui hakikatnya
sehingga disimpulkan bahwa penggunaan ungkapan tersebut berkaitan dengan Lailat
al-Qadr dan menunjukkanpula kehebatan malam itu serta hakikatnya yang tidak
mudah untuk diungkap kecuali dengan bantuan Illahi. [8]
Kebaikan
Lailat al-Qadr jika dikaitkan dengan turunnya al-Qur’an sungguh sangat
jelas karena satu malam dimana cahaya wahyu illahi menerangi alam raya, memberi
petunjuk kebahagiaan umat manusia, satu malam itu jauh lebih baik dari seribu
bulan dimana kemanusiaan hidup dalam kegelapan syirik dan jahiliyah,
sebagaimana yang dialami manusia sebelum hadir wahyu Illahi itu. Disini, kata (الف) alflseribu tidak
harus dipahami sebagai angka yang diatas 999 dan dibawah 1.001, tetapi kata
seribu banyak, sama halnya dengan firman Allah:
4uqtöNèdßtnr&öqs9ã£Jyèãy#ø9r&7puZy
“Salah
seorang di antara mereka sangat berkeinginan seandainya mereka diberi umur
seribu tahun, yakni hidup dalam waktu yang amat lama.” (QS. Al- Baqarah
[2]: 96
Satu
ha yang harus digaris bawahi disini bahwa kelebihan itu adalah nilai pahalanya
bukan kewajiban ibadahnya sehingga, dengan demikian, amat keliru mereka yang
hanya ingin beribadah dan melaksanakan kewajiban agama pada malam Lailat
al-Qadr atau malam-malam Ramadhan dan tidak lagi melaksanakan kewajiban pada
hari-hari lainnya dengan dalih bahwa pelaksanaannya ketika itu sudah seimbang
dengan pelaksanaan tuntunan agama seribu bulan lainnya.
Pendapat
ini menyatakan bahwa kemuliaan dan nilai-nilai seribu bulan itu dapat diperoleh
seseorang sebagai hasil ibadah dan pendekatan kepada Allah selama bulan
Ramadhan. Ibadah-ibadah yang dilakukannya secara tulus dan ikhlas itu akan
dapat berbekas dalam jiwanya sehingga pada akhirnya ia mendapatkan kedamaian,
ketenangan sehingga mengubah secara total sikap hidupnya. Boleh jadi orang
tersebut sebelum ini masih sering melakukan pelanggaran kecil atau besar,
tetapi sebagai mana kita ketahui, sering kali ada saat-saat tertentu dimana
timbul kesadaran didalam hati, kesadaran akan dosa akan kelemahan manusia di
hadapan Allah, sehingga mengantar seseorang untuk mendekat kepada-Nya, sambil
menginsafi kesalahannya. Kesadaran dan keinsafan itulah yang mengubah sikapnya
180 derajat. Kesadaran semacam itu, bila dirasakan seseorang, itu lah bukti
bahwa ia telah mendapatkan lailat al-Qadr.
Kesadaran
ini memang dapat muncul kapan saja, tetapi pada malam-malam Ramadhan khususnya
pada akhir bulan Ramadhan kesempatan untuk mendapatkannya sangat besar bagi
meraka yang mengasah dan mengasuh jiwanya sejak awal Ramadhan, apalagi Allah
sendiri telah menetapkan salah satu malam dalam bulan itu untuk tujuan
tersebut.
Apabila
kesadaran tersebut telah hadir dalam jiwa seseorang, pengaruh yang ditimbulkan
dalam sikap dan pola hidupnya akan sangat besar sehingga benar-benar dapat
merupakan semacam peletakan baru pertama dari kebajikan untuk sepanjang
hayatnya, sekaligus ia merupakan malam penetapan bagi langkah-langkah hidupnya
didunia dan di akhirat kelak. Makna ini bertemu dengan makna lailat al-Qadr
yang telah dikemukakan pada awal uraian ini, yaitu bahwa malam tersebut adalah
malam penetapan.
b.
Ibnu Katsir
ومآ أدراك ما ليلة القدر خير من الف شهر (Dan taukah kamu apakah
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dsri seribu bulan.
Abu
isa tirmidzi berkata (saat menafsirkan ayat ini): mahmud bin Ghairan berkata
kepada kami, Abu daud ath-tha yalisi berkata kepada kami, aqqasim bin alfadh
alhuddani berkata kepada kami dari yusuf bin sa’at, ia berkata:Seseorang
menghadap alhasan bin Ali setelah ia membaiat mu’awiah, lalu orang itu berkata,
“wajah orang-orang mukmin menjadi hitam.” Ia (al hasan) berkata, “janganlah
engkau mencelaka itu. Semoga allah mengasihimu, karena sesungguhnya nabi saw
melihat kepada bani umaiiah dari atas mimbarnya, lalu beliau bersikap buruk
kepadanya.” Lalu turunlah ayat:
!$¯RÎ)»oYøsÜôãr&trOöqs3ø9$#ÇÊÈ
“Sesungguhnya
kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. “ (QS. Al kautsar (108):
1)
Maksudnya
adalah kepada muhammad sedangkan nikmat itu adalah sebuah sungaindisurga
kemudian turun ayat:إنآ
أنزلنه في ليلة القدر, ومآ ادراك ما ليلة القدر خير من الف شهر (Sesungguhnya kami telah menirunkannya pada (al-quran) pada
malam kemuliaan itu. Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan) maksudnya adalah : “wahai muhammad,
yang memiliki malam kemuliaan itu setelah kamu adalah bani umayah .” AlQasim
berkata: maka kami menghitungnya (masa kerajaan bani umayah) dan kenyataan itu
adalah seribu bulan yang tidak lebih dan tidak kurang.
Menurut
ibnu katsir hadis ini munkar sekali, ditinjau dari berbagai segi. Syaikh (guru)
kami, alimam alhafizh alhujjah abu al hajjaj almazzi berkata kepads kami: hadis
ini munkar. Disamping sanad yang ada dalam hdis ini masih perlu di teliti, kandungan
(matan) dari hadis ini juga penuh dengan kejanggalan, seperti; [9]
Ucapan
alQasim bin alfadh alhuddani: naku menghitung masa khilafah bani umayah selama
seribu bulan, tidak lebih tidak kurang, itu adalah pendapat yang tidak benar,
sebab masa khilafah bani umyyah yang sebenarnya adalah 92tahun, sehingga lebih
dari seribu bulan, karena seribu bulan adalah 83tahun, lebih 4bulan.
Seakan-akan alqaim bin alfadh mengaggaphabisnya kekhilafahannya bani umayah
sama dengan berakhirnya ibnu az-zubair, yang mana berakhirnya ibnu az-zubair
dapat membenarkan perkataan oleh alqasim, wallahua’lam.
Hal
yang juga menunjukkan hadisini dha’if adalah adanya kesan hadis ini yang di
maksudkan untuk mencela pemerintah bani umayah. Seandainya tujuannya demikian,
berarti hsl ini tidak benar, karena keistimewaan malam kemuliaan adalah malan
yang amat muliah sekali. Surah yang mulia ini di turunkan untuk memuliakan
malam kemuliaan.
Disamping
itu, hadits ini menyebutkan mimbar Rasulullah SAW, padahal mimbar tersebut
dibuat di Madinah setelah hijrah, sementara ayat ini diturunkan diMakkah
sebelum hijrah.Semua inimenunjukkan dha’if dan munkar nya hadits tersebut,
wallahu a’lam.
Ibnu
Abu Hatim berkata :Abu Zar’ah berkata kepada kami,Muslim yaitu Ibnu Khalid
mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Najih, dari mujahid, bahwa Nabi SAW
menyebutkan seorang pria dari Bani Israil yang menggunakan senjatanya dijalan
Allah selama seribu bulan, maka kaum muslim terkejut dengan hal itu.Allah lalu
menurunkan ayat yang artinya: (Sesungguhnya kami telah menurunkannya pada
(al-qur’an) pada malam kemuliaan . Dan tidaklah kamu apakah malam kemuliaan itu
malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan).
Ibnu
jarir berkata kepada kami, Hakkam bin salam berkata kepada kami dari al
mutsanna bin ash sabbah, dari mujahid iya berkata diantara bani israil terdapat
seorang pria yang melakukan ibadah malam hingga waktu subuh, kemudian pada
siang hingga sore hari, dia berjihad memerangi musuh. Hal itu dilakukannya
selama seribu bulan, maka allah menurunkan ayat, “malam kemuliaan itu lebih
baik dari seribu bulan” melakukan ibadah pada malam itu lebih baik dari apa
yang dikerjakan oleh pria dari bani israil itu.
Ibnu
abu Hatim berkata: Yunus mengabarkan kepada kami, ibnu wahab mengabarkan kepada
kami, Maslamah bin Ali berkata kepadaku dari Ali bin Urwah, iya berkata: pada
suatu hari Rasulullah Saw menyebutkan 4 orang dari bani israil yang menyembah
Allah selama 80 tahun selama waktu itu mereka tidak pernah berbuat maksiat maka
beliau menyebutkan 4 orang itu, yaitu Ayub, Zakaria, Hazqil bin Al Ajuz, dan
Yusya’ bin Nun. Para sahabat Rasulullah SAW terkejut tentang hal itu. Jibril
kemudian datang kepada Rasulullah dan berkata “Wahai Muhammad, engkau telah
mengejutkan umatmu denngan perbuatan yang telah dilakukan oleh ke-4 orang itu
(beribadah selama 80 tahun dan tidak pernah berbuat maksiat sekejap mata pun).
Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan yang lebih baik dari itu malaikat
jibril lalu membacakan ayat:
إنآ انز لنه في ليلة القدر ومآ ادراك ما ليلة القدر ليلة القدر خير من
الف شهر
(Sesungguhnya kami telah
menurunkannya pada (Al-qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan)
Maksudnya, lebih baik dari apa yang telah membuat dirimu dan umatmu terkejut.
Ibnu Urwah berkata: jibril menerangkan hal itu kepada Rasulullah dan manusia
yang bersamanya.
Sufyan Tsauri
berkata: telah disampaikan kepadaku dari Mujahid, tentang malam kemuliaan yang
lebih baik daripada seribu bulan, ia berkata: maksudnya adalah, kebaikan,
puasa, dan shalat malam yang dilakukan pada malam itu lebih baik dari seribu
bulan, sebagai mana diriwayatkann oleh Ibnu Jarir. Ibnu Abu Hatim berkata: Abu
Zuraiah berkata kepada kami, Ibrahim bin
Musa berkata kepada kami, ibnu Abu Za’idah berkata kepada kami dari Ibnu
Juraij, dari Mujahid, ia berkata: perbuatan baik pada malam kemuliaan itu lebih
baik daripada perbuatan baik selama seribu bulan.
Pendapat yang
mengatakann bahwa malam kemuliaan adalah lebih baik daripada ibadah selama
seribu bulan yang tidak terdapat malam kemuliaan didalamnya adalah pendapat
Ibnu Jarir. Inilah pendapatyang benar, yang sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
ربا طليلة في سبيل الله خير من الف ليلة فيما سواه من المنازل
“Menjaga pos jihad pada suatu malam di
jalan Allah adalah lebih baik daripada seribu malam yang digunakan untuk selain
di jalan Allah.”HR. Ahmad.
c.
Kementrian
Agama RI
Kemudian dalam ayat ke
2, Allah menyatakan lailatul-qadr yang tidak dapat diketahui oleh para ulama
dan ilmuwan, bagaimanapun tingginya ilmu pengetahuan mereka. Pengertian dan
pengetahuan nabi-Nya pun tidak sanggup menentukan kebesaran dan keutamaan malam
itu. Hanya Allah yang mengetahui segala hal yang gaib, yang menciptakan alam
semesta, yang mewujudkannya dari tidak ada menjadi ada.
Kemudian
dalam ayat ke 2, Allah menyatakan lailatul-qadr yang tidak dapat diketahui oleh
para ulama dan ilmuwan, bagaimanapun tingginya ilmu pengetahuan mereka.
Pengertian dan pengetahuan nabi-Nya pun tidak sanggup menentukan kebesaran dan
keutamaan malam itu. Hanya Allah yang mengetahui segala hal yang gaib, yang
menciptakan alam semesta, yang mewujudkannya dari tidak ada menjadi ada.
Pada
ayat ke 3, Allah menerangkan keutamaan Lailatul
Qadr yang sebenarnya. Malam itu adalah suatu malam yang memancarkan cahaya
hidayah sebagai permulaan tasyri’
yang diturunkan untuk kebahagiaan manusia. Malam itu juga sebagai peletakan
batu pertama syariat islam, sebagai agama penghabisan bagi umat manusia, yang
sesuai dengan kemaslahatan mereka sepanjang zaman. Malam tersebut lebih utama
dari seribu bulan yang mereka lalui dengan bergelimang dosa kemusyrikan dan
kesesatan yang tidak berkesudahan. Ibadah pada malam itu mempunyai nilai tambah
berupa kemuliaan dan ganjaran yang lebih baik dari ibadah seribu bulan.
Analisis al-qadr ayat 2-3:
a.
Ibnu Katsir
ومآ أدراك ما ليلة القدر خير من الف شهر (Dan taukah kamu apakah
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dsri seribu bulan.
Maksudnya
adalah kepada muhammad sedangkan nikmat itu adalah sebuah sungaindisurga
kemudian turun ayat:إنآ
أنزلنه في ليلة القدر, ومآ ادراك ما ليلة القدر خير من الف شهر (Sesungguhnya kami telah menirunkannya pada (al-quran) pada
malam kemuliaan itu. Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan) maksudnya adalah : “wahai muhammad,
yang memiliki malam kemuliaan itu setelah kamu adalah bani umayah .” AlQasim
berkata: maka kami menghitungnya (masa kerajaan bani umayah) dan kenyataan itu
adalah seribu bulan yang tidak lebih dan tidak kurang.
b. M.
Quraish Shihab
Setelah ayat yang lalu
menjelaskan bahwa al-Qur’an pada malam lailat al- qadr, ayat diatas menguraikan
kehebatan malam itu dengan menyatakan: Dan apakah yang menjadikan engkau, siapapun
engkau walau Nabi Muhammad saw., tahu apakah Lailat al- Qadr? Engkau
tidak akan mampu mengetahui dan menjangkau secara keseluruhan betapa hebat dan
mulia malam itu. Kata-kata yang
digunakan manusia tidak dapat melukiskannya dan nalarnya sukar menjangkaunya.
Sekadar sebagai gambaran, Lailat al- Qadr itu lebih baik dari seribu bulan.
d.
Kementrian
Agama RI
Kemudian
dalam ayat ke 2, Allah menyatakan lailatul-qadr yang tidak dapat diketahui oleh
para ulama dan ilmuwan, bagaimanapun tingginya ilmu pengetahuan mereka.
Pengertian dan pengetahuan nabi-Nya pun tidak sanggup menentukan kebesaran dan
keutamaan malam itu. Hanya Allah yang mengetahui segala hal yang gaib, yang
menciptakan alam semesta, yang mewujudkannya dari tidak ada menjadi ada.
Pada
ayat ke 3, Allah menerangkan keutamaan Lailatul
Qadr yang sebenarnya. Malam itu adalah suatu malam yang memancarkan cahaya
hidayah sebagai permulaan tasyri’
yang diturunkan untuk kebahagiaan manusia.
e.
Al
Qadr: 4-5
a. M.
Quraish Shihab
“Turun
malaikat-malaikat dan ruh padanya dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur
segala urusan. Salam ia sampai terbitnya pajar.”
Ayat
lalu berbicara tentang keistimewaan lailat al-Qadr. Ayat ini masih merupakan
lanjutan dari uraian tentang keistimewaan itu. Ayat di atas menyatakan: turun
silih berganti dengan mudah dan cepat malaikat-malaikat dan ruh yakni malaikat
Jibril, padanya, yakni pada malam itu, dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur
segala atau banyak urusan. Salam, yakni kedamaian yang agung dan besar, ia
sampai terbitnya fajar.
Kata
tanazzalu terambil dari kata tatanazzalu dengan dua huruf ta’ pada awalnya,
lalu dihapus salah satunya untuk mengisyaratkan kemudahan dan kecepatan
turunnya, sekaligus mengisyaratkan ketersembunyiannya, yakni kesamaran, makna
turun itu. Demikian al-Biqa’i. Patron kata yang digunakan ayat di atas
mengandung makna berangsur dan dengan demikian turunnya malaikat tidak
sekaligus tetapi berangsur-angsur silih berganti.
b.
Ibnu Katsir
تنزل الملئكة
والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر (Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat jibril dengan izin
tuhannya untuk segala urusan). Malaikat yang turun pada malam itu semakin
banyak, karena banyaknya berkah pada malam itu. Para malaikat itu besamaan
dengan turunya berkah dan rahmat, yang akan turun kepada orang yang membaca
al-quran dan akan mengelilingi tempat-tempat zikir serta meletakkan sayap-sayap
mereka pada orang yang menuntut ilmu, (sebagai penghormatan kepada yang
menuntut ilmu).
Sedangkan yang dimaksud والروح adalah malaikat jibril.
Ungkapan ini bersifat khusus (malaikat jibril), setelah sebelumnya menyebutkann
yang umum (para malaikat). Adapula yang berpendapat bahwaوالروحitu adalah
sejenis malaikat sebagaimana disebutkan dalam surah An-Naba’, Wallahua’lam.
من كلا أمر(Untuk mengatur segala urusan) mujahid berkata: malam itu
sejahtera dan selamat dari segala urusan. Sa’id bin Manshur berkata: Isa Bin
Yunus berkata kepada kami, Al-A’masy berkata kepada kami dari Mujahid tentang
firman-Nya:سلم هي(Malam itu [penuh]
kesejahteraan) ia berkata: maksudnya, malam itu aman dan sejahtera, karena pada
malam itu setan tidak bisa berbuat kejahatan. Qatadah serta yang lain
berkata:pada malam itu ditetapkan segala urusan ¸ termasuk rezeki dan ajal,
sebagaimana firman Allah SWT:
$pkÏùä-tøÿã@ä.@øBr&AOÅ3ymÇÍÈ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan
yang penuh hikmah”. (Q.S Ad- Dukhan (44): 4)
Diriwayatkan oleh Al Baihaki dalam kitabnya, Fadha’il Al Awqat:
(keutamaan-keutamaan waktu): turunnya para malaikat serta keberadaannya yang
melewati orang-orang yang sholat pada malam kemuliaan akan keberkahan bagi
orang-orang tersebut. Diriwayatkan oleh ibnu abu hatim, dari Ka’ab al Ahbar,
suatu atsar yang aneh dan mengejutkan serta amat panjang tentang turunnya para
malaikat dari Sidratul Muntaha untuk menemani jibril ke bumi serta doa para
malaikat bagi kaum muslimin.
Abu Daud Ath- Thayalisi berkata: Imran yaitu Al-Qathan berkata
kepada kami dari Qatadah, dari Abu Maimunah, dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah Saw berkata tentang malam kemuliaan: “Malam itu adalah malam
keduapuluh tujuh atau kedua puluh sembilan, sesungguhnya para malaikat di bumi
pada malam itu lebih banyak dari pada jumlah butir-butir pasir.”
Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya tanda lailatul qadr
(malam kemuliaan), adalah malam itu bersih, terang, seakan-akan pada malam itu
terdapat bulan yang memancarkan sinarnya. Malam itu tenang, sunyi, tidak terasa
dingin dan tidak terasa panas, dan tidak diizinkan bagi benda-benda langit
untuk melemparkan dirinya hingga waktu subuh. Diantara lailatul qadr (maam
kemuliaan) adalah matahari pada pagi harinya keluar dengan sempurna dan tidak
terdapat pada matahari itu sinar matahari yang mirip dengan bulan purnama,
serta tidak diizinkannya para setan untuk keluar bersama lailatul qadr (malam
kemuliaan) pada hari itu, “Sanad hadist ini lemah, Isi hadits ini aneh (Gharib)
dan sebagian ungkapannya mungkar.
Para ulama berselisih paham, mengenai keberadaan apakah lailatul
qadr (apakah ada pada umat-umat terdahulu? Atau hanya dikhususkan bagi umat
islam ini saja?) terdapat dua pendapat tentang hal ini, Abu Mush’ab Ahmad bin
Abu Bakar Az-Zuhri berkata: Malik berkata kepada kami, bahwa telah sampai
berita kepadanya, bahwa Rasulullah SAW diperlihatkan kepadanya, umur-umur
manusia sebelumnya atau apa yang Allah kehendaki tentang hal itu, lalu
diketahui bahwa umur umat Muhammad pendek, hingga mereka tidak dapat mencapai
perbuatan yang telah dicapai umat-umat sebelumnya (yang memiliki umur panjang,
maka Allah memberi umat Muhammad lailatul qadr yang lebih baik daripada malam
seribu bulan.
Hadist ini telah disanadkan dengan jalur lain. Pendapat yang
dikatakan oleh Malik ini mengindikasikan keberadaan lailatul qadr yang
dikhususkan untuk umat Muhammad. Hadist ini juga telah dinukil oleh salah
seoram imam Madzhab Syafi’i dari sebagian besar ulama. Sedangkan hadist di
bawah ini menunjukkan keberadaan lailatul qadr (malam kemuliaan) ada pada
umat-umat terdahulu.
Rasulullah SAW kemudian berbicara dan diajak bicara(oleh orang
lain). Aku berusaha meneruskan pembicaraanku itu, maka aku berkata, “Diantara
sepuluh malam manakah lailatul qadar itu?”Beliau bersabda, “Berusahalah untuk
mendapat lailatul qadar pada sepuluh malam pertama, dan jangan bertanya
kepadaku tentang sesuatu setelah ini”HR.An-Nasa’i”.
Dalam hadits ini terdapat petunjuk apa yang telah kami sebutkan,
bahwa lailatul qadar(malam kemuliaan)ada pada umat terdahulu.Hadits ini juga
menunjukkan keberadaan lailatul qadar yang akan terus ada hingga hari kiamat
pada setiap tahun setelah Nabi SAW.Tetapi sebagian kelompok syi’ah mengatakan
bahwa lailatul qadar (malam kemuliaan) telah diangkat (ditiadakan), berdasarkan
pada pemahaman mereka terhadap hadits yang berbunyi,”maka kami angkat
(ditiadakan) dan semoga hal itu akan menjadi lebih baik bagi kalian.”Maksud
dari mengangkat (meniadakan)di sisi adalah mengangkat (meniadakan) pengetahuan
secara pasti tentang waktu adanya lailatul qadar.
Abu Daud (dalam sunan Abu Daud) telah menerangkan tentang hal ini,
(pada bab:lailatul qadar), bahwa lailatul qadar ada pada setiap bulan
Ramadhan.Humaid bin Zanjuwaih An-Nasa’i berkata kepada kami, Sa’id bin Abu
Maryam mengabarkan kepada kami, Muhammad
Ibnu Ja’far bin Abu Katsir berkata kepada kami, Musa bin Uqbah berkata kepada
kami dari Abu Ishaq, dari Sa’id bin jubair, dari Abdullah bin Umar, ia
berkata:Rasulullah SAW ditanya tentang lailatul qadar dan saya mendengarkan tentang
lailatul qadar dan saya mendengarkan tentang lailatul qadar.
c.
Kementrian
Agama RI
Dalam
ayat ke 4, Allah menyatakan sebagian dari keistimewaan malam tersebut yaitu
turunnya para malaikat bersama jibril dari alam malaikat sehingga tampak oleh
Nabi Muhammad SAW, terutama Jibril yang menyampaikan wahyu. Penampakan Jibril
kepada Nabi saw dalam rupanya yang asli adalah perintah Allah, setelah ia
mempersiapkan Nabi-Nya untuk menerima wahyu yang akan disampaikannya kepada
manusia yang mengandung kebajikan dan keberkahan.
Turunnya malaikat ke
bumi adalah dengan izin Allah, tidak perlu kita menyelidiki bagaimana cara dan
apa rahasianya. Kita cukup beriman saja dengannya. Adapun yang dapat diketahui
manusia tentang rahasia alam ini hanya sedikit sekali, sebagaimana diterangkan
dalam firman Allah:
!$tBurOçFÏ?ré&z`ÏiBÉOù=Ïèø9$#wÎ)WxÎ=s%
Sedangkan kamu diberi
pengetahuan hanya sedikit. (al-Isra’/17:85)
Malam itu (lailatul qadr) adalah hari raya umat
Islam karena merupakan waktu turunnya Al-Qur’an dan malam bersyukur kepada
Allah atas kebajikan serta kenikmatan yang di karuniakan-Nya. Pada saat itu,
malaikat ikut bersyukur bersama manusia atas kebesaran malam Qadr, sebagai tanda
kemuliaan manusia yang menjadi khalifah Allah di muka bumi. [10]
Diantara
tanda-tanda Lailatul Qadr adalah
matahari terbit tanpa sinarnya yang memancar. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa
Rasulullah bersabda: “Lailatul Qadr
adalah malam yang tenang dan cerah, tidak panas dan tidak dingin, serta
matahari pada pagi harinya berwarna merah terang. (Riwayat Abu Dawud).
Dalam
ayat ke 5, Allah menyatakan bahwa malam tersebut dipenuhi kebajikan dan
keberkahan dari permulaan sampai terbit fajar, karena turunnya Al-Qur’an yang
disaksikan oleh para malaikat ketika Allah melapangkan dada Nabi-Nya dan
memudahkan jalan untuk menyampaikan petunjuk serta bimbingan kepada umatnya.
Analisis
surat al-Qadr ayat 4-5:
a. M.
Quraish Shihab
Ayat
ini masih merupakan lanjutan dari uraian tentang keistimewaan itu. Kata
tanazzalu terambil dari kata tatanazzalu dengan dua huruf ta’ pada awalnya,
lalu dihapus salah satunya untuk mengisyaratkan kemudahan dan kecepatan
turunnya, sekaligus mengisyaratkan ketersembunyiannya, yakni kesamaran, makna turun
itu.
b.
Ibnu Katsir
تنزل الملئكة
والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر (Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat jibril dengan izin
tuhannya untuk segala urusan). Malaikat yang turun pada malam itu semakin
banyak, karena banyaknya berkah pada malam itu. Para malaikat itu besamaan
dengan turunya berkah dan rahmat, yang akan turun kepada orang yang membaca
al-quran dan akan mengelilingi tempat-tempat zikir serta meletakkan sayap-sayap
mereka pada orang yang menuntut ilmu, (sebagai penghormatan kepada yang
menuntut ilmu).
Sedangkan
yang dimaksud والروح adalah malaikat jibril. Ungkapan ini bersifat khusus (malaikat
jibril), setelah sebelumnya menyebutkann yang umum (para malaikat). Adapula
yang berpendapat bahwaوالروحitu adalah sejenis malaikat sebagaimana disebutkan dalam surah
An-Naba’.
c.
Kementrian
Agama RI
Dalam
ayat ke 4, Allah menyatakan sebagian dari keistimewaan malam tersebut yaitu
turunnya para malaikat bersama jibril dari alam malaikat sehingga tampak oleh
Nabi Muhammad SAW, terutama Jibril yang menyampaikan wahyu. Penampakan Jibril
kepada Nabi saw dalam rupanya yang asli adalah perintah Allah, setelah ia
mempersiapkan Nabi-Nya untuk menerima wahyu yang akan disampaikannya kepada
manusia yang mengandung kebajikan dan keberkahan.
Dalam
ayat ke 5, Allah menyatakan bahwa malam tersebut dipenuhi kebajikan dan
keberkahan dari permulaan sampai terbit fajar, karena turunnya Al-Qur’an yang
disaksikan oleh para malaikat ketika Allah melapangkan dada Nabi-Nya dan
memudahkan jalan untuk menyampaikan petunjuk serta bimbingan kepada umatnya.
Kesimpulan
Inti dari
surat al-Qadr 1-5 yang sudah dijelaskan oleh ibnu Katsir, Kmentrian Agama RI,
dan
M. Quraish Shihab yaitu:
1.
Al-Qur,an
diturunkan pertama kali pada malam qadar / lailatul qadar sekaligus dari Lauh
Mahfuz ke langit dunia.
2.
Malam
qadar atau laiatul-Qadr lebih utama dari seribu bulan.
3.
Para
malaikat bersama jibril turun ke bumi atas perintah Allah untuk menyelesaikan
segala macam urusan.
4.
Malam
qadar/ lailatul-qadrmengandung keselamatan dan ketentraman sampai dengan fajar
menyingsing.
Pada surah al-Qadr ini diterangkan bahwa permulaan
Al-Qur’an, dan diterangkan juga kemuliaan malam qadar/ lailatul-Qadr.
Daftar pustaka
Katsir, Ibn.
2013. Tafsir Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Azzam.
Kemantrian Agama RI. (Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). Jakarta:
Lentera Abadi.
Shihab, M.Quraish. 2009. Tafsir aL-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
[1]
M.Quraish Shihab. 2009. Tafsir aL-Misbah. Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 490
[6]
Kemantrian Agama RI. (Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). Jakarta:
Lentera Abadi. Hlm. 730
[7] M.Quraish Shihab. 2009. Tafsir aL-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Hlm. 494
[9]
Ibn Katsir,.
2013. Tafsir Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Azzam. Hlm. 273
[10]
Kemantrian Agama RI. (Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). Jakarta:
Lentera Abadi. Hlm. 734
0 komentar: