•20.21
Malam Yang Sunyi
Pukul
21.00 WIB di malam yang sunyi ditemani hembusan angin dan dinginnya malam hari.
Seorang wanita dengan mengenakan pakaian tidur lengkap sedang merenungi
kejadian 19 tahun yang lalu. Teringat
akan sosok seorang ayah dan merindukan sosok seorang ibu. 19 tahun silam saat
aku tepat berusia 5 tahun ada kenangan tersendiri yang tidak akan pernah
terlupakan olehku. Perceraian antara ayah dan ibuku yang aku rasa hanya karena
sebuah masalah kecil, dan akan terselesaikan dengan cara damai. Tapi karena
keegoan hati mereka, maka terpisahlah seorang anak yang belum mengerti tentang
apa arti hidup tapi harus terpisah dengan ibunya tercinta.
Di
siang itu, terjadi pertengkaran hebat antara 2 orang makhluk yang membuat aku
hadir di dunia ini. Kelembutan hati wanita telah dikikis dengan keamarahan yang
menjadikannya mengedepankan egonya. Ditambah dengan sosok seorang lelaki yang
memang dari kecil mempunyai sifaf keras dan pemarah menyebabkan si wanita
hilang kendali. Penyebab pertengkaran itu hanyalah karena penolakan si lelaki
terhadap ajakan si wanita untuk membuat tempat tinggal di dekat rumah ibunya. Wanita
itu adalah ibuku dan lelaki itu adalah ayahku. Keduanya adalah orang yang aku
sayangi, tapi entah mengapa aku lebih sayang dengan ayahku. Mungkin karena aku
sangat jarang sekali bertemu dengan ibuku setelah pertengkarang yang berujung
dengan perceraian itu terjadi. Cukup 1 tahun sekali atau 6 bulan sekali aku
datang kerumah ibu kandungku untuk sekedar menanyakan kabar dan menghibur hati
di kala merindukannya.
Paska
perceraian itu, ayahku yang mempunya fisik bagus dan harta yang berlimpah dengan mudah memikat
hati setiap kaum hawa yang melihatnya. Ayahku memilih seorang gadis yang
tinggal satu daerah dengannya untuk menggantikan peran ibu kandung aku. Aku
yang balum mengerti akan hal ini karena usiaku yang masih kecil tentunya hanya
bisa menyetujui untuk mengizinkan ayah menikah lagi dengan wanita pilihannya.
Sekarang
umurku sudah 24 tahun, aku sedang melanjutkan pendidikan S2 di Jakarta tentunya
dengan beasiswa, karena aku tidak mau menyusahkan ayahku lagi. Sekarang giliran
aku yang membayar semua kebaikan ayahku. Semua kulakukan karena 1 hal yaitu
karena orang pertama yang aku sayangi adalah ayahku. Semua orang yang dekat
dengan ayahku dan membuatnya bahagia akan aku bahagiakan. Ayahku adalah
segalanya bagiku.
Satu
tahun yang lalu aku dilamar oleh seorang pria yang dengan senang hati memilihku
untuk menemaninya mengarungi samudra kehidupan yang penuh dengan lika-liku.
Suamiku juga melanjutkan pendidikan S2 di kampus yang sama denganku. Dia jauh
lebih sibuk dibandingkan aku, di samping tugasnya sebagai manajer di sebuah
perusahan yang terletak di depan Apertemen kami dia harus menjalankan
kewajibannya sebagai mahasiswa S2. Malam
ini aku memilih untuk menikmati malam dengan memandang langit, sedang suamiku
sudah tertidur pulas.
By:
Wida Yusari