Author: Unknown
•17.22


TUGAS MAKALAH ILMU TAFSIR
 Tafsir surat Al-Qadr ayat 1-5

Dosen Pembimbing:
Hardivizon,M.ag


Disusun Oleh kelompok 4.b :

1.    Warnando
2.    Wida yusari
3.    Yesi puspita sari
4.    Yuni wahyuningsih


PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN CURUP
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana kasih karunianya yang telah menguatkan kita semua, terlebih-lebih bagi kami pribadi yang telah menyelesaikan tugas pembuatan suatu makalah sederhana Mata Kuliah Ilmu Tafsir.
Selaku umat insani yang beragama, maka patutlah kita mensyukuri atas segala berkat dan kasih karunia Tuhan yang telah kita dapatkan tersebut. Sebab tanpa olehnya, saya yakin bahwa apa yang telah di rencanakan sebelumnya, hanyalah ukiran bibir semata yang tiada pernah berwujud.
Sesuai tugas yang dibebankan oleh bapak dosen kami, yakni Bpk. Hardivizon,M.ag. Mata Kulia ILMU TAFSIR, yaitu pembuatan makalah tentang, TAFSIR MUQARIN (Q.S Al-Qadr), maka dengan itu, kami telah mencoba menyusunnya walau dengan beribu kesalahan maupun kelemahan yang terdapat di dalam pembuatannya, untuk itu sikap lapang dada dan rasa ma’af yang sebesar-besarnya sangat diharapkan. Terima kasih.


Hormat Kami:



KELOMPOK 4.B

Tafsir Q.S. Al Qadr ayat 1-5

A.                    Ayat Q.S.Al Qadr ayat 1-5
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ {1} وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ {2} لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ {3} تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ {4} سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ {5}‏


B.               Terjemahan

1.    Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.
2.    Dan tahukah anda Apakah malam kemuliaan itu?
3.    Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4.    Pada malam itu, turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
5.    Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.

C.               Penafsiran dan analisis

1.   Al Qadr: 1

Sesungguhnya kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan
a.    M. Quraish Shihab
Surah yang lalu menguraikan tentang wahyu Al-Qur’an yang pertama, ayat diatas menguraikan tentang masa turunnya wahyu al-Qur’an yang pertama itu dengan menyatakan: Sesungguhnya Kami Allah, melalui Malaikat Jibril, telah menurunkannya, yakni al-Qur’an atau ke lima ayat pada awal surah Al-‘Alaq yang lalu, pada malam al Qadr.
Kata( انز لنه) anzalnahu terdiri dari kata-kata (أنزل) anzala atau telah menurunkan(نا )na yang merupakan pengganti nama banyak persona kedua, serta (ه) hu yang merupakan pengganti nama tunggal persona ketiga. Kata (أنزل ) anzala terambil dari kata (نزل ) nazala, yakni turun atau berpindah dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah, baik secara material maupun inmaterial. Bentuk lain yang juga terambil dari kata tersebut adalah (نزل ) nazzala. Para pakar bahasa berusaha menemukan perbedaan makna kedua kata-kata itu. [1]
Sebagian mereka setelah menelusuri penggunaan al-Qur’an terhadap keduanya berpendapat bahwa kata anzala pada umumnya digunakan untuk menunjuk kepada turunnya sesuatu secara utuh sekaligus, sedang kata nazzala  digunakan untuk turunnya sesuatu sedikit demisedikit atau berangsur-angsur. Atas dasar itu dan atas dasar segalanya dan atas dasar adanya dua kata yang digunakan al-Qur’an untuk menjelaskan turunnya kitap suci umat islam ini, mereka berkesimpulan bahwa al-Qur’an penah turun sekligus dan itulah yang di tunjuk oleh ayat yang menggunakan kata anzalanahu sebagaimana ayat diatas, sebagai mana pernah juga turun berangsur-angsur dan itulah yang di tunjuk oleh ayat yang menggunakan kata nazzala. Diturunkannya al-qur’an sekaligus kata mereka adalah dari al-lauh al-mahfuzh kelangit dunia, sedang diturunkannya berangsur-angsur adalah dari langit dunia kepada nabi Muhammad saw., yang di bawa oleh malalikat jibril selama 22tahun 2bulan 22hari. [2]
Ada juga ulama yang berpendapat dalam al-quran hanya turun berangsur-angsur. Namun demikian, mereka juga membedakan antara kedua redaksi tersebut. Dalam hal ini, mereka berpendapat bahwa kata anzzalna seperti ayat di atas berarti memulai menurunkanya, sedangkan kata nazzalna menekankan informasinya pada turunnya al-quran secara berangsur-angsur. Pandangan ini dapat dikuatkan dengan mengamati bagwa kata anzzalna, dalam kaitannya dengan al-quran, dikaitkan dengan waktu atau tempat tertentu, sedang kata nazalna tidak dikaitkan dengan waktu.
Pada ayat diatas, kata”al-Qura’an “ tidak disebut secara eksplisit (tegas). Ia hanya di tunjuk dengan pengganti nama (nya). Hal itu agaknya untuk memberi kesan tentang keagungan wahyu-wahyu illahi itu karena salah satu bentuk pengagungan yang dikenal dalam hal yang di agungkan selama telah ada Qarinah (indikator atau tanda-tanda) yang dapat mengantar pendengar atau pembacanya kepada yang diagungkan itu. Itu juga mengisyaratkan bahwa al-quran selalu hadir dalan benak mitra bicara karena memang ayat-ayatnya memberi pengaruhluar biasa di tengah masyarakat muslim atau non muslim ketika itu.
Kata (ليلة) laila dari segi bahasa berarti hitam pekat, itu sebabnya malam dan rambut yang hitam keduanya di namai (ليل ) lail kata malam di mulai dari tenggelamnya matahari hingga terbitnya pajar.  Kita tidak memmeroleh informasi yang pasti, apakah turunnya pada awal malam, pertengahan, atau akhirnya. Benar bahwa ada riwayat yang menyatakan bahwa “Allah turun” pada sepertiga malam terakhir untuk menerima taubat hamba-hambanya atau memperkenankan permohonan mereka, namun itu tidak dapat di jadikan dasar untuk menyatakan bahwa wahyu pertama yang diterima oleh nabi muhammad saw adalah pada saat tersebut.karena itu,penentuan saat yang pasti bagi eristiwa yang amat besar itu sepenuhnya kita serahkan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Disisi lain,kita dapat berkata bahwa al-Qur’an menyebut bahwa bulan Ramadhan sebagai bulan turunnya al-Qur’an(QS.al-Baqarah{2}:185)dan itu terjadi pada malam hari ,tetapi tanpa menetapkan tanggal tertentu.
Sementara ulama cendrung menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadhan, dengan merujuk kepada firman-Nya:[3]
bÎ)óOçGYä.NçGYtB#uä«!$$Î/!$tBur$uZø9tRr&4n?tã$tRÏö6tãtPöqtƒÈb$s%öàÿø9$#tPöqtƒs)tGø9$#Èb$yèôJyfø9$#3
Ada ulama yang berpendapat bahwa lailat al-qadr hanya terjadi sekali itu dan tidak akan ada lagi sesudahnya.pakar hadits,Ibn Hajar menyebutkan alasan ulama-ulama itu antara lain sebuah riwayat yang dinisbahkan kepada nabi saw.Yang bersabda tentang lailat al-qadr yang menyatakan “iinnaha Rufi’at”(sesungguhnya malam al-qadr telah terangkat,dengan arti sudah tidak akan datang lagi).Pendapat ini tidak dapat diterima kecuali jika yang dimaksud dengannya adalah hari pertama turunya al-qur’an.Karena,mayoritas ulama berpendapat bahwa setiap tahun terjadi lailatul qadr dan bahwa malam tersebut  menjadi mulia bukan saja karena al-qur’an turun karenaitu,tetapi malam itu sendiri memiliki kemuliaan, yang kemudian kemuliaannya bertambah dengan turunnya al-qur’an. [4]

b.    Ibn Katsir
Allah swt mengabarkan bahwa dia menurunkan al-qur’an pada lailatul qadr,yaitumalam yang penuh berkah, sebagai mana firman Allah swt:       
انآ انز لنه في ليلة القدر (Sesungguhnya kami telah menurunkannya pada (al-qur’an)pada malam kemuliaan) itulah malam yang penuh berkah yaitu suatu malam yang ada diantara malam-malam bulan ramadhan,sebagai mana firman allah:
ãöky­tb$ŸÒtBuüÏ%©!$#tAÌRé&ÏmŠÏùãb#uäöà)ø9$#WèdĨ$¨Y=Ïj9;M»oYÉit/urz`ÏiB3yßgø9$#Èb$s%öàÿø9$#ur4
“Bulan ramadhan,bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan)al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”(Qs.Al-Baqarah(2):185)
Ibnu Abas serta lainnya berkata: Allah swt menurunkan al-qur’an secara keseluruhan dari lauh mahfus menuju Baitul izzah diantara langit dan bumi, kemudian diturunkan secara terperinci sesuai dengan kejadian, selama 23tahun pada Rasulullah SAW. [5]
Alllah SAW lalu berfirman (Dalam rangka memuliakan lailatul qadr; Allah menurunkan Al-quran pada malam itu).

c.    Kementrian Agama RI
Kosa kata: Lailatul Qadrليلة القدر (al-qadr/97:1)
Kata lailah berarti malam, yaitu mulai dari terbenam matahari sampai terbit fajar. Kata lailah juga berati hitam pekat. Itulah sebabnya malam dan rambut yang hitam keduanya dinamai lail karena malam itu gelap sehingga kelihatan hitam.
Sedang kata al-qadr berasal dari kata qadara/ qodira-yaqduru/ yaqdaru-qadran wa qudratun wa maqdiratan, yang berarti kuasa atau mampu, kadang banyaknya sesuatu, untung, nasib, kekayaan dan kemuliaan. Tetapi lailatul-qadr sering diartikan dengan malam mulia. Ulama berbeda pendapat tentang makna al-qadr. Ada yang berpendapat artinya adalah penetapan, karena pada malam qadr allah menetapkan perjalanan hidup mahluk selama setahun. Ada pula yang berpendapat bahwa al-qadr maknanya adalah pengaturan pada malam turunnya al-quran itu, Allah mengatur strategi nabi Muhammad mengajak manusia kepada kebajikan. Pendapat lain mengatakan bahwa al-qadr berarti kemuliaan, karena Allah menurunkan aq-qur’an pada malam yang mulia. Ada pula pendapta bahwa al-qadr bermakna sempit, karena pada malam turunnya al-qur’an banyak malaikat turun sehingga bumi menjadi sempit, sesak dengan para malaikat. [6]
Kata lailahtul qadr disebutkan 3 kali dalam al-qurn dan semuanya disebutkan dalam surah al-qur’an:
Munasabah
Pada akhir surah al-alaq, nabi muhammad di perintahkan beribadah, yaitu bersujut dan mendekatkan diri kepada Allah. Pada awal surah al-qadr diterangkan bahwa al-qur’an diturunkan pada malam kemuliaan (lailatul-qadr) yang mana beribadah pada malam itu pahalanya lebih baik dari pada beribadah seribu bulan.
Tafsir
1.    Terdapat 4 tempat dalam al-quran yang menerang penurunanya kepada nabi saw yaitu:
a.    Dalam surah al-qadr
b.    Dalam surah ad-dukhan, yaitu pada firman-Nya:
üNmÇÊÈÉ=»tGÅ6ø9$#urÈûüÎ7ßJø9$#ÇËÈ!$¯RÎ)çm»oYø9tRr&Îû7's#øs9>px.t»t6B4$¯RÎ)$¨Zä.z`ƒÍÉZãBÇÌÈ$pkŽÏùä-tøÿãƒ@ä.@øBr&AOŠÅ3ymÇÍÈ#\øBr&ô`ÏiB!$tRÏYÏã4$¯RÎ)$¨Zä.tû,Î#ÅöãBÇÎÈZpyJômu`ÏiBy7Îi/¢4¼çm¯RÎ)uqèdßìÏJ¡¡9$#ÞOŠÎ=yèø9$#ÇÏÈ
Ha mim. Demi kitab (al-quran) yang jelas, sesungguhnya kami menurunkanya pada malam yang diberkahi. Sungguh, kamilah yang memberi peringatan pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (yaitu) urusan dari sisi kami sungguh, kamilah yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari tuhan mu. Sungguh, ia maha mendengar, mengetahui. (ad-dukhan/ 44: 1-6)I
c.    Dalam surah al-baqarah, yaitu pada firman-Nya:
ãöky­tb$ŸÒtBuüÏ%©!$#tAÌRé&ÏmŠÏùãb#uäöà)ø9$#WèdĨ$¨Y=Ïj9;M»oYÉit/urz`ÏiB3yßgø9$#Èb$s%öàÿø9$#ur4
Bulan ramadan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan al-quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). (al-baqarah /2:185)
d.   Dalam surah al-anfal, yaitu pada firman-Nya:
(#þqßJn=÷æ$#ur$yJ¯Rr&NçGôJÏYxî`ÏiB&äóÓx«¨br'sù¬!¼çm|¡çHè~ÉAqߧ=Ï9urÏ%Î!ur4n1öà)ø9$#4yJ»tGuŠø9$#urÈûüÅ3»|¡yJø9$#urÇÆö/$#urÈ@Î6¡¡9$#bÎ)óOçGYä.NçGYtB#uä«!$$Î/!$tBur$uZø9tRr&4n?tã$tRÏö6tãtPöqtƒÈb$s%öàÿø9$#tPöqtƒs)tGø9$#Èb$yèôJyfø9$#3ª!$#ur4n?tãÈe@à2&äóÓx«íƒÏs%ÇÍÊÈ


Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang. Maka seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnu musabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami (muhammad) di hari furqan, yaitu dimana hari bertemunya 2 pasukan. Allah maha kuasa atas segala sesuatu. (al-anfal/ 8:41)
Ayat surah Al-qadr menyatakan bahwa turunya a-qur’an dari lauh mahfus kebaitul-izzah jelas pada malam lailatul qadr. Ayat surah ad-dukhan menguatkan turunnya al-qur’an pada malam yang di berkahi, ayat surah al-baqr menunjukan turunnya al-qur’an pada bulan ramadhan. Sedangkan surah al-anfal/8:41 diatas menerangkan penyelesaian pembagian perang pada perang badar. Perang ini disebut yaumul-furqan karena merupakan pertempuran antara tentara islam dengan tentara kafir, dimana kemenangan berada ditengan tentara islam.
Dalam ayat ini diungkapkan bahwa Allah menurunkan al-quran pertama kali kepada nabi saw pada malam yang mulia. Kemudian diturunkan terus menerus secara berangsur-angsur menurut peristiwa dan suasana yang menghendakinya dalam jangka waktu 22 tahun lebih sebagai petunjuk bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat nanti.
Sehubungan dengan uraian diatas, para ulama mengatakan bahwa kata anzala dan nazzalah berbeda penggunaan dan maknanya. Oleh sebab itu, makna anzalnahu dalam surah al-qadr menunjukan turunnya kitab suci al-qur’qn pertama kali dan sekaligus dari lauhmahfuz  ke langit dunia. Kemudian diturunkan berangsur-angsur dari langit dunia kepada nabi Muhammad, yang dibawa oleh alaikat jibril selama 22tahun 2bulan dan 22hari. Sedangkan makna nazalah bermakna diturunkn berangsur-angsur.
Tidak diragukan lagi bahwa manusia sangat memerlukan A-qur’an  sebagai pedoman yang menjelaskan sesuatu yang mereka ragukan dalam hal-hal yang berhubungan dengan soal-soal keagamaan atau masalah-masalah dunia. Al-qur’an juga menerangkan kepada mereka kejadian manusia dan kejadian yang akan datang ketika datangnya hari kebangkitan.
Manusia memerlukan pegangan tersebut karena tanpanya, mereka tidak dapat memahami prinsip-prinsip kemaslahatan yang sebenarnya untuk membentuk peraturan-peraturan dan undang-undang. Oleh sebab itu, benarlah pendapat yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama dan petunjuk rohani yang menentukan ukuran dan nilai sesuatu setelah mengetahui secara ilmiah keadaan dan khasiat sesuatu.

            Analisis:
a.       M. Quraish Shihab
Al-qadar yaitu surah yang menguraikan tentang wahyu Al-Qur’an yang pertama, ayat Al-qadar menguraikan tentang masa turunnya wahyu al-Qur’an yang pertama itu dengan menyatakan: Sesungguhnya Kami Allah, melalui Malaikat Jibril, telah menurunkannya, yakni al-Qur’an atau ke lima ayat pada awal surah Al-‘Alaq yang lalu, pada malam al Qadr.
Sebagian mereka setelah menelusuri penggunaan al-Qur’an terhadap keduanya berpendapat bahwa kata anzala pada umumnya digunakan untuk menunjuk kepada turunnya sesuatu secara utuh sekaligus, sedang kata nazzala  digunakan untuk turunnya sesuatu sedikit demi sedikit atau berangsur-angsur. Atas dasar itu dan atas dasar segalanya dan atas dasar adanya dua kata yang digunakan al-Qur’an untuk menjelaskan turunnya kitap suci umat islam ini, mereka berkesimpulan bahwa al-Qur’an penah turun sekligus dan itulah yang di tunjuk oleh ayat yang menggunakan kata anzalanahu sebagaimana ayat diatas, sebagai mana pernah juga turun berangsur-angsur dan itulah yang di tunjuk oleh ayat yang menggunakan kata nazzala. Diturunkannya al-qur’an sekaligus kata mereka adalah dari al-lauh al-mahfuzh kelangit dunia, sedang diturunkannya berangsur-angsur adalah dari langit dunia kepada nabi Muhammad saw., yang di bawa oleh malalikat jibril selama 22tahun 2bulan 22hari.
Pada ayat diatas, kata”al-Qura’an “ tidak disebut secara eksplisit (tegas). Ia hanya di tunjuk dengan pengganti nama (nya).
Kata (ليلة) laila dari segi bahasa berarti hitam pekat, itu sebabnya malam dan rambut yang hitam keduanya di namai (ليل ) lail kata malam di mulai dari tenggelamnya matahari hingga terbitnya pajar.

b.      Ibn Katsir
Pada ayat ke-1 ini, Allah swt mengabarkan bahwa dia menurunkan al-qur’an pada lailatul qadr,yaitu malam yang penuh berkah, sebagai mana firman Allah swt:       
انآ انز لنه في ليلة القدر (Sesungguhnya kami telah menurunkannya pada (al-qur’an)pada malam kemuliaan) itulah malam yang penuh berkah yaitu suatu malam yang ada diantara malam-malam bulan ramadhan,sebagai mana firman allah:
Allah swt menurunkan al-qur’an secara keseluruhan dari lauh mahfus menuju Baitul izzah diantara langit dan bumi, kemudian diturunkan secara terperinci sesuai dengan kejadian, selama 23tahun pada Rasulullah SAW.

c.       Kementrian Agama RI
Kata lailah berarti malam, yaitu mulai dari terbenam matahari sampai terbit fajar. Kata lailah juga berati hitam pekat.
lailatul-qadr sering diartikan dengan malam mulia. Ulama berbeda pendapat tentang makna al-qadr. Ada yang berpendapat artinya adalah penetapan, karena pada malam qadr allah menetapkan perjalanan hidup mahluk selama setahun. Ada pula yang berpendapat bahwa al-qadr maknanya adalah pengaturan pada malam turunnya al-quran itu, Allah mengatur strategi nabi Muhammad mengajak manusia kepada kebajikan. Pendapat lain mengatakan bahwa al-qadr berarti kemuliaan, karena Allah menurunkan aq-qur’an pada malam yang mulia. Ada pula pendapta bahwa al-qadr bermakna sempit, karena pada malam turunnya al-qur’an banyak malaikat turun sehingga bumi menjadi sempit, sesak dengan para malaikat.

d.    Al Qadr: 2-3
a.    M. Quraish Shihab
dan apakah yang menjadikan engkau tahu apakah Lailatul Qadr? Lailatul Qadr lebih baik dari malam seribu bulan.
Setelah ayat yang lalu menjelaskan bahwa al-Qur’an pada malam lailat al- qadr, ayat diatas menguraikan kehebatan malam itu dengan menyatakan: Dan apakah yang menjadikan engkau, siapapun engkau walau Nabi Muhammad saw., tahu apakah Lailat al- Qadr? Engkau tidak akan mampu mengetahui dan menjangkau secara keseluruhan betapa hebat dan mulia malam itu. Kata-kata  yang digunakan manusia tidak dapat melukiskannya dan nalarnya sukar menjangkaunya. Sekadar sebagai gambaran, Lailat al- Qadr itu lebih baik dari seribu bulan. [7]
Paling tidak, ada empat pendapat ulama tentang makna al- Qadr pada ayat diatas. Pertama, penetapan. Malam al-Qadr adalah malam penetapan Allah atas perjalanan hidup makhluk selama setahun. Pendapat ini dikuatkan oleh penganutnya, antara lain dengan firman Allah dalam QS. Ad-Dukhan [44]: 3-4
!$¯RÎ)çm»oYø9tRr&Îû7's#øs9>px.t»t6B4$¯RÎ)$¨Zä.z`ƒÍÉZãBÇÌÈ$pkŽÏùä-tøÿãƒ@ä.@øBr&AOŠÅ3ymÇÍÈ
sesungguhnya Kami menrurunkan pada suatu malam yang diberkati dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu ditetapkan segala urusan bijaksana,”
Kedua, pengaturan. Yakni, pada malam turunnya Al-Qur’an, Allah swt mengatur Khittab atau strategi bagi Nabi-Nya, Muhammad saw., guna mengajak manusia kepada kebajikan.
Ketiga, kemuliaan. Ini berarti bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan Al-Qur’an pada malam yang mulia. Malam tersebut menjadi mulia karena kemuliaan al-Qur’an, sebagaimana Nabi-Nya Muhammad saw., mendapat kemuliaan dengan wahyu yang beliau terima. Ada juga yang berpendapat bahwa orang-orang yang tadinya tidak memiliki kedudukan yang tinggi akan mendapatkan kemuliaan apabila pada malam ini mereka dengan khusyuk tunduk kepada Allah, menyadari dosa-dosanya, serta bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
Keempat, sempit. Yakni pada malam turunnya al-Qur’an, malaikat begitu banyak yang turun sehingga bumi menjadi penuh sesak bagaikan sempit.
Kita dapat menerima keseluruhan pendapat diatas yang memang di dukung oleh penggunaan bahasa. Namun yang pasti, malam tersebut adalam malam mulia lagi hebat. Kemuliaan dan kehebatan itu, bukan saja dipahami dari kata al-Qadr, tetapi juga dari kandungan ayat ke 2 diatas, wa ma adrakama lailat al-qadr. Ungkapan wa ma adraka tidak digunakan al-Quran kecuali menyangkut persoalan-persoalan besar dan hebat yang tidak mudah diketahui hakikatnya sehingga disimpulkan bahwa penggunaan ungkapan tersebut berkaitan dengan Lailat al-Qadr dan menunjukkanpula kehebatan malam itu serta hakikatnya yang tidak mudah untuk diungkap kecuali dengan bantuan Illahi. [8]
Kebaikan Lailat al-Qadr jika dikaitkan dengan turunnya al-Qur’an sungguh sangat jelas karena satu malam dimana cahaya wahyu illahi menerangi alam raya, memberi petunjuk kebahagiaan umat manusia, satu malam itu jauh lebih baik dari seribu bulan dimana kemanusiaan hidup dalam kegelapan syirik dan jahiliyah, sebagaimana yang dialami manusia sebelum hadir wahyu Illahi itu. Disini, kata (الف) alflseribu tidak harus dipahami sebagai angka yang diatas 999 dan dibawah 1.001, tetapi kata seribu banyak, sama halnya dengan firman Allah:
4ŠuqtƒöNèdßtnr&öqs9㍣Jyèãƒy#ø9r&7puZy
Salah seorang di antara mereka sangat berkeinginan seandainya mereka diberi umur seribu tahun, yakni hidup dalam waktu yang amat lama.” (QS. Al- Baqarah [2]: 96
Satu ha yang harus digaris bawahi disini bahwa kelebihan itu adalah nilai pahalanya bukan kewajiban ibadahnya sehingga, dengan demikian, amat keliru mereka yang hanya ingin beribadah dan melaksanakan kewajiban agama pada malam Lailat al-Qadr atau malam-malam Ramadhan dan tidak lagi melaksanakan kewajiban pada hari-hari lainnya dengan dalih bahwa pelaksanaannya ketika itu sudah seimbang dengan pelaksanaan tuntunan agama seribu bulan lainnya.
Pendapat ini menyatakan bahwa kemuliaan dan nilai-nilai seribu bulan itu dapat diperoleh seseorang sebagai hasil ibadah dan pendekatan kepada Allah selama bulan Ramadhan. Ibadah-ibadah yang dilakukannya secara tulus dan ikhlas itu akan dapat berbekas dalam jiwanya sehingga pada akhirnya ia mendapatkan kedamaian, ketenangan sehingga mengubah secara total sikap hidupnya. Boleh jadi orang tersebut sebelum ini masih sering melakukan pelanggaran kecil atau besar, tetapi sebagai mana kita ketahui, sering kali ada saat-saat tertentu dimana timbul kesadaran didalam hati, kesadaran akan dosa akan kelemahan manusia di hadapan Allah, sehingga mengantar seseorang untuk mendekat kepada-Nya, sambil menginsafi kesalahannya. Kesadaran dan keinsafan itulah yang mengubah sikapnya 180 derajat. Kesadaran semacam itu, bila dirasakan seseorang, itu lah bukti bahwa ia telah mendapatkan lailat al-Qadr.
Kesadaran ini memang dapat muncul kapan saja, tetapi pada malam-malam Ramadhan khususnya pada akhir bulan Ramadhan kesempatan untuk mendapatkannya sangat besar bagi meraka yang mengasah dan mengasuh jiwanya sejak awal Ramadhan, apalagi Allah sendiri telah menetapkan salah satu malam dalam bulan itu untuk tujuan tersebut.
Apabila kesadaran tersebut telah hadir dalam jiwa seseorang, pengaruh yang ditimbulkan dalam sikap dan pola hidupnya akan sangat besar sehingga benar-benar dapat merupakan semacam peletakan baru pertama dari kebajikan untuk sepanjang hayatnya, sekaligus ia merupakan malam penetapan bagi langkah-langkah hidupnya didunia dan di akhirat kelak. Makna ini bertemu dengan makna lailat al-Qadr yang telah dikemukakan pada awal uraian ini, yaitu bahwa malam tersebut adalah malam penetapan.

b.    Ibnu Katsir     
ومآ أدراك ما ليلة القدر خير من الف شهر (Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dsri seribu bulan.
Abu isa tirmidzi berkata (saat menafsirkan ayat ini): mahmud bin Ghairan berkata kepada kami, Abu daud ath-tha yalisi berkata kepada kami, aqqasim bin alfadh alhuddani berkata kepada kami dari yusuf bin sa’at, ia berkata:Seseorang menghadap alhasan bin Ali setelah ia membaiat mu’awiah, lalu orang itu berkata, “wajah orang-orang mukmin menjadi hitam.” Ia (al hasan) berkata, “janganlah engkau mencelaka itu. Semoga allah mengasihimu, karena sesungguhnya nabi saw melihat kepada bani umaiiah dari atas mimbarnya, lalu beliau bersikap buruk kepadanya.” Lalu turunlah ayat:
!$¯RÎ)š»oYøsÜôãr&trOöqs3ø9$#ÇÊÈ
Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. “ (QS. Al kautsar (108): 1)
Maksudnya adalah kepada muhammad sedangkan nikmat itu adalah sebuah sungaindisurga kemudian turun ayat:إنآ أنزلنه في ليلة القدر, ومآ ادراك ما ليلة القدر خير من الف شهر (Sesungguhnya kami telah menirunkannya pada (al-quran) pada malam kemuliaan itu. Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan) maksudnya adalah : “wahai muhammad, yang memiliki malam kemuliaan itu setelah kamu adalah bani umayah .” AlQasim berkata: maka kami menghitungnya (masa kerajaan bani umayah) dan kenyataan itu adalah seribu bulan yang tidak lebih dan tidak kurang.
Menurut ibnu katsir hadis ini munkar sekali, ditinjau dari berbagai segi. Syaikh (guru) kami, alimam alhafizh alhujjah abu al hajjaj almazzi berkata kepads kami: hadis ini munkar. Disamping sanad yang ada dalam hdis ini masih perlu di teliti, kandungan (matan) dari hadis ini juga penuh dengan kejanggalan, seperti; [9]
Ucapan alQasim bin alfadh alhuddani: naku menghitung masa khilafah bani umayah selama seribu bulan, tidak lebih tidak kurang, itu adalah pendapat yang tidak benar, sebab masa khilafah bani umyyah yang sebenarnya adalah 92tahun, sehingga lebih dari seribu bulan, karena seribu bulan adalah 83tahun, lebih 4bulan. Seakan-akan alqaim bin alfadh mengaggaphabisnya kekhilafahannya bani umayah sama dengan berakhirnya ibnu az-zubair, yang mana berakhirnya ibnu az-zubair dapat membenarkan perkataan oleh alqasim, wallahua’lam.
Hal yang juga menunjukkan hadisini dha’if adalah adanya kesan hadis ini yang di maksudkan untuk mencela pemerintah bani umayah. Seandainya tujuannya demikian, berarti hsl ini tidak benar, karena keistimewaan malam kemuliaan adalah malan yang amat muliah sekali. Surah yang mulia ini di turunkan untuk memuliakan malam kemuliaan.
Disamping itu, hadits ini menyebutkan mimbar Rasulullah SAW, padahal mimbar tersebut dibuat di Madinah setelah hijrah, sementara ayat ini diturunkan diMakkah sebelum hijrah.Semua inimenunjukkan dha’if dan munkar nya hadits tersebut, wallahu a’lam.
Ibnu Abu Hatim berkata :Abu Zar’ah berkata kepada kami,Muslim yaitu Ibnu Khalid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Najih, dari mujahid, bahwa Nabi SAW menyebutkan seorang pria dari Bani Israil yang menggunakan senjatanya dijalan Allah selama seribu bulan, maka kaum muslim terkejut dengan hal itu.Allah lalu menurunkan ayat yang artinya: (Sesungguhnya kami telah menurunkannya pada (al-qur’an) pada malam kemuliaan . Dan tidaklah kamu apakah malam kemuliaan itu malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan).    
Ibnu jarir berkata kepada kami, Hakkam bin salam berkata kepada kami dari al mutsanna bin ash sabbah, dari mujahid iya berkata diantara bani israil terdapat seorang pria yang melakukan ibadah malam hingga waktu subuh, kemudian pada siang hingga sore hari, dia berjihad memerangi musuh. Hal itu dilakukannya selama seribu bulan, maka allah menurunkan ayat, “malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” melakukan ibadah pada malam itu lebih baik dari apa yang dikerjakan oleh pria dari bani israil itu.
Ibnu abu Hatim berkata: Yunus mengabarkan kepada kami, ibnu wahab mengabarkan kepada kami, Maslamah bin Ali berkata kepadaku dari Ali bin Urwah, iya berkata: pada suatu hari Rasulullah Saw menyebutkan 4 orang dari bani israil yang menyembah Allah selama 80 tahun selama waktu itu mereka tidak pernah berbuat maksiat maka beliau menyebutkan 4 orang itu, yaitu Ayub, Zakaria, Hazqil bin Al Ajuz, dan Yusya’ bin Nun. Para sahabat Rasulullah SAW terkejut tentang hal itu. Jibril kemudian datang kepada Rasulullah dan berkata “Wahai Muhammad, engkau telah mengejutkan umatmu denngan perbuatan yang telah dilakukan oleh ke-4 orang itu (beribadah selama 80 tahun dan tidak pernah berbuat maksiat sekejap mata pun). Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan yang lebih baik dari itu malaikat jibril lalu membacakan ayat:
إنآ انز لنه في ليلة القدر ومآ ادراك ما ليلة القدر ليلة القدر خير من الف شهر
(Sesungguhnya kami telah menurunkannya pada (Al-qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan) Maksudnya, lebih baik dari apa yang telah membuat dirimu dan umatmu terkejut. Ibnu Urwah berkata: jibril menerangkan hal itu kepada Rasulullah dan manusia yang bersamanya.
            Sufyan Tsauri berkata: telah disampaikan kepadaku dari Mujahid, tentang malam kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan, ia berkata: maksudnya adalah, kebaikan, puasa, dan shalat malam yang dilakukan pada malam itu lebih baik dari seribu bulan, sebagai mana diriwayatkann oleh Ibnu Jarir. Ibnu Abu Hatim berkata: Abu Zuraiah berkata kepada kami, Ibrahim  bin Musa berkata kepada kami, ibnu Abu Za’idah berkata kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Mujahid, ia berkata: perbuatan baik pada malam kemuliaan itu lebih baik daripada perbuatan baik selama seribu bulan.
            Pendapat yang mengatakann bahwa malam kemuliaan adalah lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan yang tidak terdapat malam kemuliaan didalamnya adalah pendapat Ibnu Jarir. Inilah pendapatyang benar, yang sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
ربا طليلة في سبيل الله خير من الف ليلة فيما سواه من المنازل
“Menjaga pos jihad pada suatu malam di jalan Allah adalah lebih baik daripada seribu malam yang digunakan untuk selain di jalan Allah.”HR. Ahmad. 
c.    Kementrian Agama RI
Kemudian dalam ayat ke 2, Allah menyatakan lailatul-qadr yang tidak dapat diketahui oleh para ulama dan ilmuwan, bagaimanapun tingginya ilmu pengetahuan mereka. Pengertian dan pengetahuan nabi-Nya pun tidak sanggup menentukan kebesaran dan keutamaan malam itu. Hanya Allah yang mengetahui segala hal yang gaib, yang menciptakan alam semesta, yang mewujudkannya dari tidak ada menjadi ada.

Kemudian dalam ayat ke 2, Allah menyatakan lailatul-qadr yang tidak dapat diketahui oleh para ulama dan ilmuwan, bagaimanapun tingginya ilmu pengetahuan mereka. Pengertian dan pengetahuan nabi-Nya pun tidak sanggup menentukan kebesaran dan keutamaan malam itu. Hanya Allah yang mengetahui segala hal yang gaib, yang menciptakan alam semesta, yang mewujudkannya dari tidak ada menjadi ada.
Pada ayat ke 3, Allah menerangkan keutamaan Lailatul Qadr yang sebenarnya. Malam itu adalah suatu malam yang memancarkan cahaya hidayah sebagai permulaan tasyri’ yang diturunkan untuk kebahagiaan manusia. Malam itu juga sebagai peletakan batu pertama syariat islam, sebagai agama penghabisan bagi umat manusia, yang sesuai dengan kemaslahatan mereka sepanjang zaman. Malam tersebut lebih utama dari seribu bulan yang mereka lalui dengan bergelimang dosa kemusyrikan dan kesesatan yang tidak berkesudahan. Ibadah pada malam itu mempunyai nilai tambah berupa kemuliaan dan ganjaran yang lebih baik dari ibadah seribu bulan.
Analisis al-qadr ayat 2-3:
a.       Ibnu Katsir           
ومآ أدراك ما ليلة القدر خير من الف شهر (Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dsri seribu bulan.
Maksudnya adalah kepada muhammad sedangkan nikmat itu adalah sebuah sungaindisurga kemudian turun ayat:إنآ أنزلنه في ليلة القدر, ومآ ادراك ما ليلة القدر خير من الف شهر (Sesungguhnya kami telah menirunkannya pada (al-quran) pada malam kemuliaan itu. Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan) maksudnya adalah : “wahai muhammad, yang memiliki malam kemuliaan itu setelah kamu adalah bani umayah .” AlQasim berkata: maka kami menghitungnya (masa kerajaan bani umayah) dan kenyataan itu adalah seribu bulan yang tidak lebih dan tidak kurang.

b.      M. Quraish Shihab
Setelah ayat yang lalu menjelaskan bahwa al-Qur’an pada malam lailat al- qadr, ayat diatas menguraikan kehebatan malam itu dengan menyatakan: Dan apakah yang menjadikan engkau, siapapun engkau walau Nabi Muhammad saw., tahu apakah Lailat al- Qadr? Engkau tidak akan mampu mengetahui dan menjangkau secara keseluruhan betapa hebat dan mulia malam itu. Kata-kata  yang digunakan manusia tidak dapat melukiskannya dan nalarnya sukar menjangkaunya. Sekadar sebagai gambaran, Lailat al- Qadr itu lebih baik dari seribu bulan.

d.   Kementrian Agama RI

Kemudian dalam ayat ke 2, Allah menyatakan lailatul-qadr yang tidak dapat diketahui oleh para ulama dan ilmuwan, bagaimanapun tingginya ilmu pengetahuan mereka. Pengertian dan pengetahuan nabi-Nya pun tidak sanggup menentukan kebesaran dan keutamaan malam itu. Hanya Allah yang mengetahui segala hal yang gaib, yang menciptakan alam semesta, yang mewujudkannya dari tidak ada menjadi ada.
Pada ayat ke 3, Allah menerangkan keutamaan Lailatul Qadr yang sebenarnya. Malam itu adalah suatu malam yang memancarkan cahaya hidayah sebagai permulaan tasyri’ yang diturunkan untuk kebahagiaan manusia.



e.      Al Qadr: 4-5

a.    M. Quraish Shihab
“Turun malaikat-malaikat dan ruh padanya dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. Salam ia sampai terbitnya pajar.”
Ayat lalu berbicara tentang keistimewaan lailat al-Qadr. Ayat ini masih merupakan lanjutan dari uraian tentang keistimewaan itu. Ayat di atas menyatakan: turun silih berganti dengan mudah dan cepat malaikat-malaikat dan ruh yakni malaikat Jibril, padanya, yakni pada malam itu, dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala atau banyak urusan. Salam, yakni kedamaian yang agung dan besar, ia sampai terbitnya fajar.
Kata tanazzalu terambil dari kata tatanazzalu dengan dua huruf ta’ pada awalnya, lalu dihapus salah satunya untuk mengisyaratkan kemudahan dan kecepatan turunnya, sekaligus mengisyaratkan ketersembunyiannya, yakni kesamaran, makna turun itu. Demikian al-Biqa’i. Patron kata yang digunakan ayat di atas mengandung makna berangsur dan dengan demikian turunnya malaikat tidak sekaligus tetapi berangsur-angsur silih berganti.


b.    Ibnu Katsir
تنزل الملئكة والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر (Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat jibril dengan izin tuhannya untuk segala urusan). Malaikat yang turun pada malam itu semakin banyak, karena banyaknya berkah pada malam itu. Para malaikat itu besamaan dengan turunya berkah dan rahmat, yang akan turun kepada orang yang membaca al-quran dan akan mengelilingi tempat-tempat zikir serta meletakkan sayap-sayap mereka pada orang yang menuntut ilmu, (sebagai penghormatan kepada yang menuntut ilmu).
Sedangkan yang dimaksud والروح adalah malaikat jibril. Ungkapan ini bersifat khusus (malaikat jibril), setelah sebelumnya menyebutkann yang umum (para malaikat). Adapula yang berpendapat bahwaوالروحitu adalah sejenis malaikat sebagaimana disebutkan dalam surah An-Naba’, Wallahua’lam.
من كلا أمر(Untuk mengatur segala urusan) mujahid berkata: malam itu sejahtera dan selamat dari segala urusan. Sa’id bin Manshur berkata: Isa Bin Yunus berkata kepada kami, Al-A’masy berkata kepada kami dari Mujahid tentang firman-Nya:سلم هي(Malam itu [penuh] kesejahteraan) ia berkata: maksudnya, malam itu aman dan sejahtera, karena pada malam itu setan tidak bisa berbuat kejahatan. Qatadah serta yang lain berkata:pada malam itu ditetapkan segala urusan ¸ termasuk rezeki dan ajal, sebagaimana firman Allah SWT:
$pkŽÏùä-tøÿãƒ@ä.@øBr&AOŠÅ3ymÇÍÈ
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah”. (Q.S Ad- Dukhan (44): 4)
Diriwayatkan oleh Al Baihaki dalam kitabnya, Fadha’il Al Awqat: (keutamaan-keutamaan waktu): turunnya para malaikat serta keberadaannya yang melewati orang-orang yang sholat pada malam kemuliaan akan keberkahan bagi orang-orang tersebut. Diriwayatkan oleh ibnu abu hatim, dari Ka’ab al Ahbar, suatu atsar yang aneh dan mengejutkan serta amat panjang tentang turunnya para malaikat dari Sidratul Muntaha untuk menemani jibril ke bumi serta doa para malaikat bagi kaum muslimin.
Abu Daud Ath- Thayalisi berkata: Imran yaitu Al-Qathan berkata kepada kami dari Qatadah, dari Abu Maimunah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw berkata tentang malam kemuliaan: “Malam itu adalah malam keduapuluh tujuh atau kedua puluh sembilan, sesungguhnya para malaikat di bumi pada malam itu lebih banyak dari pada jumlah butir-butir pasir.
Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya tanda lailatul qadr (malam kemuliaan), adalah malam itu bersih, terang, seakan-akan pada malam itu terdapat bulan yang memancarkan sinarnya. Malam itu tenang, sunyi, tidak terasa dingin dan tidak terasa panas, dan tidak diizinkan bagi benda-benda langit untuk melemparkan dirinya hingga waktu subuh. Diantara lailatul qadr (maam kemuliaan) adalah matahari pada pagi harinya keluar dengan sempurna dan tidak terdapat pada matahari itu sinar matahari yang mirip dengan bulan purnama, serta tidak diizinkannya para setan untuk keluar bersama lailatul qadr (malam kemuliaan) pada hari itu, “Sanad hadist ini lemah, Isi hadits ini aneh (Gharib) dan sebagian ungkapannya mungkar.
Para ulama berselisih paham, mengenai keberadaan apakah lailatul qadr (apakah ada pada umat-umat terdahulu? Atau hanya dikhususkan bagi umat islam ini saja?) terdapat dua pendapat tentang hal ini, Abu Mush’ab Ahmad bin Abu Bakar Az-Zuhri berkata: Malik berkata kepada kami, bahwa telah sampai berita kepadanya, bahwa Rasulullah SAW diperlihatkan kepadanya, umur-umur manusia sebelumnya atau apa yang Allah kehendaki tentang hal itu, lalu diketahui bahwa umur umat Muhammad pendek, hingga mereka tidak dapat mencapai perbuatan yang telah dicapai umat-umat sebelumnya (yang memiliki umur panjang, maka Allah memberi umat Muhammad lailatul qadr yang lebih baik daripada malam seribu bulan.
Hadist ini telah disanadkan dengan jalur lain. Pendapat yang dikatakan oleh Malik ini mengindikasikan keberadaan lailatul qadr yang dikhususkan untuk umat Muhammad. Hadist ini juga telah dinukil oleh salah seoram imam Madzhab Syafi’i dari sebagian besar ulama. Sedangkan hadist di bawah ini menunjukkan keberadaan lailatul qadr (malam kemuliaan) ada pada umat-umat terdahulu.
Rasulullah SAW kemudian berbicara dan diajak bicara(oleh orang lain). Aku berusaha meneruskan pembicaraanku itu, maka aku berkata, “Diantara sepuluh malam manakah lailatul qadar itu?”Beliau bersabda, “Berusahalah untuk mendapat lailatul qadar pada sepuluh malam pertama, dan jangan bertanya kepadaku tentang sesuatu setelah ini”HR.An-Nasa’i”.
Dalam hadits ini terdapat petunjuk apa yang telah kami sebutkan, bahwa lailatul qadar(malam kemuliaan)ada pada umat terdahulu.Hadits ini juga menunjukkan keberadaan lailatul qadar yang akan terus ada hingga hari kiamat pada setiap tahun setelah Nabi SAW.Tetapi sebagian kelompok syi’ah mengatakan bahwa lailatul qadar (malam kemuliaan) telah diangkat (ditiadakan), berdasarkan pada pemahaman mereka terhadap hadits yang berbunyi,”maka kami angkat (ditiadakan) dan semoga hal itu akan menjadi lebih baik bagi kalian.”Maksud dari mengangkat (meniadakan)di sisi adalah mengangkat (meniadakan) pengetahuan secara pasti tentang waktu adanya lailatul qadar.
Abu Daud (dalam sunan Abu Daud) telah menerangkan tentang hal ini, (pada bab:lailatul qadar), bahwa lailatul qadar ada pada setiap bulan Ramadhan.Humaid bin Zanjuwaih An-Nasa’i berkata kepada kami, Sa’id bin Abu Maryam mengabarkan  kepada kami, Muhammad Ibnu Ja’far bin Abu Katsir berkata kepada kami, Musa bin Uqbah berkata kepada kami dari Abu Ishaq, dari Sa’id bin jubair, dari Abdullah bin Umar, ia berkata:Rasulullah SAW ditanya tentang lailatul qadar dan saya mendengarkan tentang lailatul qadar dan saya mendengarkan tentang lailatul qadar.
c.    Kementrian Agama RI
Dalam ayat ke 4, Allah menyatakan sebagian dari keistimewaan malam tersebut yaitu turunnya para malaikat bersama jibril dari alam malaikat sehingga tampak oleh Nabi Muhammad SAW, terutama Jibril yang menyampaikan wahyu. Penampakan Jibril kepada Nabi saw dalam rupanya yang asli adalah perintah Allah, setelah ia mempersiapkan Nabi-Nya untuk menerima wahyu yang akan disampaikannya kepada manusia yang mengandung kebajikan dan keberkahan.
Turunnya malaikat ke bumi adalah dengan izin Allah, tidak perlu kita menyelidiki bagaimana cara dan apa rahasianya. Kita cukup beriman saja dengannya. Adapun yang dapat diketahui manusia tentang rahasia alam ini hanya sedikit sekali, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah:
!$tBurOçFÏ?ré&z`ÏiBÉOù=Ïèø9$#žwÎ)WxŠÎ=s%
Sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit. (al-Isra’/17:85)
Malam itu (lailatul qadr) adalah hari raya umat Islam karena merupakan waktu turunnya Al-Qur’an dan malam bersyukur kepada Allah atas kebajikan serta kenikmatan yang di karuniakan-Nya. Pada saat itu, malaikat ikut bersyukur bersama manusia atas kebesaran malam Qadr, sebagai tanda kemuliaan manusia yang menjadi khalifah Allah di muka bumi. [10]
Diantara tanda-tanda Lailatul Qadr adalah matahari terbit tanpa sinarnya yang memancar. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: “Lailatul Qadr adalah malam yang tenang dan cerah, tidak panas dan tidak dingin, serta matahari pada pagi harinya berwarna merah terang. (Riwayat Abu Dawud).
Dalam ayat ke 5, Allah menyatakan bahwa malam tersebut dipenuhi kebajikan dan keberkahan dari permulaan sampai terbit fajar, karena turunnya Al-Qur’an yang disaksikan oleh para malaikat ketika Allah melapangkan dada Nabi-Nya dan memudahkan jalan untuk menyampaikan petunjuk serta bimbingan kepada umatnya.

            Analisis surat al-Qadr ayat 4-5:
a.       M. Quraish Shihab
Ayat ini masih merupakan lanjutan dari uraian tentang keistimewaan itu. Kata tanazzalu terambil dari kata tatanazzalu dengan dua huruf ta’ pada awalnya, lalu dihapus salah satunya untuk mengisyaratkan kemudahan dan kecepatan turunnya, sekaligus mengisyaratkan ketersembunyiannya, yakni kesamaran, makna turun itu.


b.      Ibnu Katsir
تنزل الملئكة والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر (Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat jibril dengan izin tuhannya untuk segala urusan). Malaikat yang turun pada malam itu semakin banyak, karena banyaknya berkah pada malam itu. Para malaikat itu besamaan dengan turunya berkah dan rahmat, yang akan turun kepada orang yang membaca al-quran dan akan mengelilingi tempat-tempat zikir serta meletakkan sayap-sayap mereka pada orang yang menuntut ilmu, (sebagai penghormatan kepada yang menuntut ilmu).
Sedangkan yang dimaksud والروح adalah malaikat jibril. Ungkapan ini bersifat khusus (malaikat jibril), setelah sebelumnya menyebutkann yang umum (para malaikat). Adapula yang berpendapat bahwaوالروحitu adalah sejenis malaikat sebagaimana disebutkan dalam surah An-Naba’.

c.       Kementrian Agama RI
Dalam ayat ke 4, Allah menyatakan sebagian dari keistimewaan malam tersebut yaitu turunnya para malaikat bersama jibril dari alam malaikat sehingga tampak oleh Nabi Muhammad SAW, terutama Jibril yang menyampaikan wahyu. Penampakan Jibril kepada Nabi saw dalam rupanya yang asli adalah perintah Allah, setelah ia mempersiapkan Nabi-Nya untuk menerima wahyu yang akan disampaikannya kepada manusia yang mengandung kebajikan dan keberkahan.
Dalam ayat ke 5, Allah menyatakan bahwa malam tersebut dipenuhi kebajikan dan keberkahan dari permulaan sampai terbit fajar, karena turunnya Al-Qur’an yang disaksikan oleh para malaikat ketika Allah melapangkan dada Nabi-Nya dan memudahkan jalan untuk menyampaikan petunjuk serta bimbingan kepada umatnya.



Kesimpulan

Inti dari surat al-Qadr 1-5 yang sudah dijelaskan oleh ibnu Katsir, Kmentrian Agama RI, dan M. Quraish Shihab yaitu:
1.      Al-Qur,an diturunkan pertama kali pada malam qadar / lailatul qadar sekaligus dari Lauh Mahfuz ke langit dunia.
2.      Malam qadar atau laiatul-Qadr lebih utama dari seribu bulan.
3.      Para malaikat bersama jibril turun ke bumi atas perintah Allah untuk menyelesaikan segala macam urusan.
4.      Malam qadar/ lailatul-qadrmengandung keselamatan dan ketentraman sampai dengan fajar menyingsing.

Pada surah al-Qadr ini diterangkan bahwa permulaan Al-Qur’an, dan diterangkan juga kemuliaan malam qadar/ lailatul-Qadr.



                         


Daftar pustaka

Katsir, Ibn.  2013. Tafsir Juz ‘Amma.  Jakarta: Pustaka Azzam.
Kemantrian Agama RI. (Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). Jakarta: Lentera Abadi.
Shihab, M.Quraish. 2009. Tafsir aL-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.



[1] M.Quraish Shihab. 2009. Tafsir aL-Misbah. Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 490
[2] Ibid., hlm. 491
[3] Ibid., hlm. 492
[4] Ibid., hlm. 493
[5] Ibn Katsir.  2013. Tafsir Juz ‘Amma.  Jakarta: Pustaka Azzam. Hlm. 273
[6] Kemantrian Agama RI. (Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). Jakarta: Lentera Abadi. Hlm. 730

[7] M.Quraish Shihab. 2009. Tafsir aL-Misbah. Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 494
[8] Ibid., hlm. 494-495
[9] Ibn Katsir,.  2013. Tafsir Juz ‘Amma.  Jakarta: Pustaka Azzam. Hlm. 273

[10] Kemantrian Agama RI. (Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan). Jakarta: Lentera Abadi. Hlm. 734

|
This entry was posted on 17.22 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: