Author: Unknown
•06.38


Book Review
Pengantar metodologi ekonomi islam:
Dari mazhab baqir as-sadr hingga mazhab mainstream


DI SUSUN OLEH :
v KIKI RIZKI AMELIA (13631068)

DOSEN PEMBIMBING

Muhammad Shalihin, SEI, M. SI

JURUSAN SYARIAH
PRODI EPI III B
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) CURUP
2014
Judul : Pengantar metodologi Ekonomi Islam
Dari Mazhab Baqir as-Sadr hingga Mazhab Maenstream
Penerbit : Ombak
Tahun terbit: 2013
Isi :
Ø BAGIAN SATU
Ø BAQIR AS-SADR DAN SUBJEKTIVISME
Memahami seorang Muhammad Baqir as-sadr tidak bisa secara tunggal (hanya melihatnya sebagai seorang pribadi). Akan tetapi, konstruksi sosio-historis yang melingkarinya juga layak diperhatikan untuk mengetahui dan memahamiMuhammad Baqir as-Sadr sebagai seorang pribadi sekaligus seorang filsuf.
Mengapa dikatakan zaman edan? Situasi di irak ketika Muhammad Baqir as-sadr aktif mengorganisasi gerakan islam syiah dan memproduksi gagasan mengingatkan kita pada situasi indonesia di era keruntuhan Orde Baru. Richardb lioyd Parry menyebut situasi ini dengan “zaman Edan”. Mengapa? Istilah zaman edan. Seperti yang digunakan oleh Richard Lioyd Parry,  sejatinya diinspirasi dari syair Raden Ngabehi Ranggawarsita. Syair ini berjudul “ syair Zaman Edan”.
Eknonmi dalam makna sebagai sebuah proses membangun pemikiran ekonomi dan mengembangkan ilmu ekonomi sebagai disiplin profesional tidak lain adalah artefak dan dikontruksi secara sosial. Bagaimana dengan ekonomi islam dan bagaimana Muhammad Baqir as-sadr menilai kecendrungan ini?
Ekonomi islam dalam istilah umum yang diajukan ekonomi muslim tidak mengenal adanya konsepsi “utilitas maksimum”. Hal ini berarti  bahwa islam tidak pernah mengajarkan pemeluknya untuk berlomba-lomba dan menjatuhkan diri pada hyperconsumtion. Tidak berlebih-lebihan (mubazir), meletakkan etika  konsumsi sebagai bagian utama, dan membayarkan hak orang lain atas makanan yang dimiliki (Q.s.6: 141) adalah panduan yang harus dikenal dan dihayati oleh seorang muslim.
·         Di depan pintu revolusi
Memahami seorang Muhammad Baqir as-sadr tidak bisa secara tunggal (hanya melihatnya sebagai seorang pribadi). Akan tetapi, konstruksi sosio-historis yang melingkarinya juga layak diperhatikan untuk mengetahui dan memahamiMuhammad Baqir as-Sadr sebagai seorang pribadi sekaligus seorang filsuf.
·         Menuang Gagasan di Zaman Edan
Mengapa dikatakan zaman edan? Situasi di irak ketika Muhammad Baqir as-sadr aktif mengorganisasi gerakan islam syiah dan memproduksi gagasan mengingatkan kita pada situasi indonesia di era keruntuhan Orde Baru. Richardb lioyd Parry menyebut situasi ini dengan “zaman Edan”. Mengapa? Istilah zaman edan. Seperti yang digunakan oleh Richard Lioyd Parry,  sejatinya diinspirasi dari syair Raden Ngabehi Ranggawarsita. Syair ini berjudul “ syair Zaman Edan”.
Doktrin Ekonomi Muhammad Baqir as-sadr
Eknonmi dalam makna sebagai sebuah proses membangun pemikiran ekonomi dan mengembangkan ilmu ekonomi sebagai disiplin profesional tidak lain adalah artefak dan dikontruksi secara sosial. Bagaimana dengan ekonomi islam dan bagaimana Muhammad Baqir as-sadr menilai kecendrungan ini?
Ekonomi islam dalam istilah umum yang diajukan ekonomi muslim tidak mengenal adanya konsepsi “utilitas maksimum”. Hal ini berarti  bahwa islam tidak pernah mengajarkan pemeluknya untuk berlomba-lomba dan menjatuhkan diri pada hyperconsumtion. Tidak berlebih-lebihan (mubazir), meletakkan etika  konsumsi sebagai bagian utama, dan membayarkan hak orang lain atas makanan yang dimiliki (Q.s.6: 141) adalah panduan yang harus dikenal dan dihayati oleh seorang muslim.
·         Nestapa Ekonomi: Nalar dan Argumentasi Munculnya Istilah Iqtishad
Dinilai oleh Chamid (2010), penggunaan istilah iqtishad oleh Muhammad Baqir as-sadr bukan tanpa dasar. Ada argumentasi yang mendasari istilah ini muncul dan menguat dalam spektrum pemikiran ekonomi Muhammad Baqir as-sadr. Istilah iqtishad, tulis Chamid (2010), tidaklah sama dengan pengertian ekonomi dan bukan sekedar terjemahan kata ekonomi dalam bahasa arab. Karen adanya krisis genetik ekonomi yang kemudian memicu pandangan negatif Muhammad Baqir as-sadr terhadap istilah istilah ekonomi akhirnya ia pun tidak mau menggunakan ekonomi islam sebagai istilah yang ia pakai menjelaskan pemikiran ekonominya. Pada ujungnya, Muhammad Baqir as-sadr dengan kokoh dan percaya diri mengajukan istilah iqtishad untuk semua pemikiran ekonominya.
Muhammad Baqir as-sadr menulis  “dunia islam yang secara ekonomi digolongkan sebagai kumpulan negara miskin memulai kehidupannya dengan peradaban Barat dan melihat problem dirinya sebagai problem ketertinggalan ekonomi di belakang negara-neegara maju yang kemajuan ekonominya telah memberi mereka tongkat kepemimpinan dunia.”
Doktrin ekonomi kapitalisme dan soosialisme yang melahirkan ilmu ekonomi spesifik tidak bisa dipastikan begitu saja untuk sebuah sistem global dan diadopsi secara masif di berbagai negara. Pilihan terhadap satu ilmu ekonomi, tulis Muhammad Baqir as-sadr, tidak seharusnya sewenang-wenang. Pilihan itu mengandai adanya landasan gagasan dan konsep-konsep khas dengan karakteristik moral dan keilmuan. Ilmu ekonomi yang bersumber dari kawah ideologi, baik kapitalisme ataupun sosialisme, memuat “kontradiksi” yang permanen. Karenanya, mannan (1997) menilai, “sejarah peradaban manusia telah menyaksikan timbul-tenggelamnya banyak sistem.” Tenggelamnya satu sistem ekonomi tidak bisa dilepaskan dari lemahnya daya jelajah ilmu ekonomi dalam sistem itu terhadap problem dan mempertahankan imunitas ekonomi. Ini disebabkan oleh kerapuhan  “metode” dan “kontaminasi” doktrin yang dimilikinya.
Doktrin dan Ihwal Iqtishad: Teori Mazhab Baqir as-sadr Tentang Ekonomi
            Clark (2007) menulis bahwa sejarah ekonomi dunia penuh dengan loncatan-loncatan yang mengejutkan. Berlaku dalam pemikiran ekonomi kapitalisme ataupun sosialisme, tetapi kini terasa dalam spektrum ekonomi islam. Muhammad Baqir as-sadr adalah manifestasi dari pandangan G.Clark ini.

Ø BAGIAN DUA
Ø POSITIVISME DAN MAZHAB MAINSTREAM
            Awalnya adalah pertarungan ide. Dari titik inilah dinamika dan gerak laju pemikiran ekonomi terus meleset, memperbaharui diri, bergerak dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang agak kompleks.Tidak berlebihan jika Caldwell(2003)merasakan bahwa mengkaji metode dan gerak ide-ide ekonomi merupakan tugas yang paling menyakitkan. Logika Positivisme adalah “daya tarik”yang ada dalam aliran ortodoks ekonomi.Aliran ini, menurut A.Prasetyantoko, dicirikan dengan basis utamanya pada Walrasian.Pandangan ini menjadi semacam aliran utama dalam ilmu ekonomi(mainstream circle).Karena di sebagian besar Departemen Ilmu Ekonomi tidak dibenarkan menulis tesis atau disertasi tanpa pertanggung jawaban kuantitatif, seorang profesor di Departemen Ilmu Ekonomi akan mengatakan kepada mahasiswa bimbingannya, “Anda hanya punya dua pilihan:melakukan uji teoritis dengan menggunakan pendekatan aljabar dan matematika atau uji empiris dengan menggunakan pendekatan aljabar dan matematika atau uji empiris dengan ekonometrika yang canggih.” Alat, ukuran, kriteria, hingga tujuan ke mana ilmu ekonomi diarahkan telah disatukan di bawah “panji”aliran mainstream.Tidak berhenti di titik itu , ilmu turunan dari ekonomi untuk menyebut ilmu-ilmu baru yang mendukung ilmu ekonomi seperti ilmu moneter, fiskal, bahkan manajemen dan keuangan mengarah dengan otomatis ke dalam   logika positivisme yang telah menjadi “otak”dan “jantung”dalam ilmu ekonomi modern.
            Salah satu teori fenomenal gubhan leon walras uang kini dimapankan adalah teori keseimbangan umum (the general economic ekuilibrium aproach). Tidak hanya itu, diakui oleh banyak ekonom bahwa leon walras merupakan “founding fathers”. Dari matematika ekonomi. Menurut Dhall dan Jolink (2006), sejak saat itu matematika ekonomi terus berkembang dan menjadi “common of knowledg” dalam ilmu ekonomi. Mengapa leon walras memilih matematika sebagai instrumen induk dalam ilmu ekonomi?  Dhall dan Jolink (2006) menulis, “tujuan walras menggunakan matematika sebagai sebuah instrumen tidak lain untuk menyediakan solusi tepat, akurat, terukur dan matematis ketika memecahkan permasalahan penentuan harga serta membantu mengukur optimalisasi persaingan bebas dan mengukur utilitas secara tepat”. Ada kesalah pahaman yang timbul dikalangan ekonom terhadap sifat matematika ketika itu. Untuk menjelaskan ini kemudian leon walras memisahkan antara matematika sebagai aplikasi untuk teori ekonomi (application to economic teory) dan aplikasi untuk praktik ekonomi (application to economic practice). Dinukilkan oleh Dhal dan Jolink (2006), Rene Descartes menjelaskan bahwa matematika universal dimulai dari urutan yang paling sederhana dan termudah dalam satu ilmu sebelum melakukan loncatan kearah yang lebih kompleks dan sulit. Mulai dari angka, suara, dan benda-benda lainnya dapat menjadi objek pengukuran investigativ. Dalam konteks inilah leon walras membangun proyek ilmu ekonomi dan tampak jelas karena karakter yang ditawarkannya. Matematika ekonomi (mathematicizing economic) adalah hal yang ditujuakan oleh leon walras. Leon walas membangun sebuah wahana metodologi dalam ilmu ekonomi, yaitu metode deduktif. Ini membuat proyek akademiknya secara otomatis berhubungan secara kuat dan melekat denagn kukuh pada gagasan descartes. Perenungan, pengukuran, dan uji coba yang cotinu membuat leon walras begitu yakin bahwa matematika benar-benar mampu menjadi “common of knowledge” dalam ilmu ekonomi.
            Sesungguhnya disepakati oleh mayoritas ekonomi bahwa matematika bukanlah merek dan bagian tubuh (anatomi) dari ilmu ekonomi. Chiang dan Wainwright (1927) menulis, “itu (matematika) lebih tampak sebagai sebuah pendekatan (approach) dalam menganalisis ekonomi. Kini pendekatan matematika ekonomi tidak saja menjadi sebuah keniscayaan, tetapi telah melampaui fungsinya sebagai sebuah pendekatan, bersifat ideologis dan instrumental. Euforia positivisme adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan melubernya logika positivisme dalam ilmu ekonomi. Bruce J. Caldwell mengakui ekonom apapun alirannya telah menghasilkan sesuatu yang disebut dengan “substantial accuracy”. Ada kesejajaran postulat teoritis dalam ilmu ekonomi jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu ekonomi lainnya. Kesejajaran itu dapat dipahami dari pola sederhana dalam membangun postulat-postulat hingga pola yang terbilang kompleks. Postulat ekonomi, layaknya dalam ilmu-ilmu lainnya, niscaya bersumber ataupun bersifat representatif dari realitas ekonomi yang terjadi.
            Fakta-fakta universal-tulis Bruce J. Caldwell-digabungkan dan diukur untuk kemudian menjadi elemen-elemen kohesif dalam postulat ekonomi. Terence Hutchison melahirkan sebuah kesimpulan bahwa metodologi ekonomi yang kendati terlihat kuat dan akurat sesungguhnya rapuh. Hutchison (2003) telah melakukan diagnosis terhadap krisis ekonomi sebagai “penjabaran” dari krisis metodologi. Menurutnya, krisis ekonomi ini berpusat pada asumsi sederhana tentang pengetahuan, ekspektasi, ketidakpastian, dan kepastian yang pertama kalinya digunakan secara ekspilisit oleh Ricardo. Krisis metodologi dalam aliran positivisme yang dibela dan dipraktikan oleh aliran utama (mainstream) ekonomi diawali dengan kecenderungan terlalu menyederhanakan perilaku manusia yang terlalu kompleks. Ada aliran mainstream dalam ekonomi islam. Menurut Nur Chamid, mazhab mainstream ini memiliki anggapan bahwa perbedaan-perbedaan antara ilmu ekonomi konvensional dengan ekonomi islam adalah dalam hal cara mencapai tujuan. Penguatnya harus mazhab mainstream ekonomi islam menandaskan bahwa logika-logika positivisme tengah deras mengalir ke dalam buku ekonomi islam tidak hanya mewarnai, tetapi cenderung diposisiskan sebagai keniscayaan. Ekonomi islam diarahakan menuju titik tersebut. Umar Chapra Muhammad Nejatullah sissiqie, dan muhammad abdul mannan, seperti yang digolongkan oleh nur Chamid, adalah ekonom muslim yang menguatkan mazhab mainstream ini. M umar Chapra adalah salah satu ekonom muslim yang kuat mempopulerkan mazhab mainstream dalam ekonomi islam. Muhammad Umar Chapra lahir tahun 1 februari 1933 di Bombay,india. Ayahnya ialah abdul karim Chapra. Ia terlahir dalam keluarga yang taat beragama. Hal lain yang membuat M. umar Chapra tumbuh menjadi seorang ekonom muslim yang berkepribadian baik adalah keluarganya yang berekonomi cukup sehingga M. Umar Chapra mendapatkan pendidikan yang cukup baik.
Mengacu pada pandangan Schum petter 2006, ketika sejarawan mengkaji sejarah pemikiran ekonomi, sesungguhnya ia menjatuhkan diri pada study tentang pikiran seorang ekonom mereka berpikir bagaimana sebuah ekonomi bekerja. Bagaikan sebuah keniscayaan, tingkat intelektualitas dan pendidikan berkorelasi positif dengan kepribadian positif dan baik. Pandangan ini dapat dilihat dari M. Umar Chapra sebagai seorang pribadi. Analisis dan pandangannya yang tajam terhadap ekonomi islam mengantarkan dirinya menjadi orang yang dipercaya sebagai penasehat pada islamic research Training Institude (IRTI) dari islAamic development bank (IDB), jeda setelah sebelumnya M. Umar Chapra mengabdikan dirinya pada saudi Arabia monetary agency (sama), Riyadh selama kurang lebih 35 tahun sebagai penasehat peneliti senior.
Konsistensi perjuangan M.Umar Chapra terhadap ekonomi islam telah menarik banyak pihak untuk mengaguminya.M.Umar Chapra telah menjadi ekonom muslim yang sangat dihargai, baik dinegara-negara islam maupun dinegara-negara barat.

Ø Bagian tiga:
Ø Mazhab Alternatif
Ø Dari Kritik ke Alternatif: akar, Gagasan, dan jejaring Mazhab Alternatif
            Tumbuhnya fase kontemporer ekonomi islam agaknya adalah mata rantai dari muslim sebelumnya pada fase klasik.kendati fase-fase klasik pemikiran ekonomi oleh cendikiawan muslim terfragmentasi, tidak utuh, bahkan cenderung bercampur dengan tema-tema lain, proyek intelektual ini setidaknya telah mempengaruhi kontruksi pemikiran ekonomi islam di fase kontemporer.berikutnya.
            Pada fase kontemporer –pemikiran ekonomi, lebih spesifiknya dalam bentuk mazhab Baqir as-sadr, mazhab maenstream, dan mazhab alternatif telah melahirkan berbagai gagasan ekonomi islam yang berbeda kendati mereka bertolak dari satu titik yang sama, yakni islam sebagai landasan dan sumber nilai-nilai ilmiah.
            Tumbuhnya fase kontemporer ekonomi islam agagknya adalah mata rantai dari semangat pemikiran ekonomi yang tummbuh di dunia muslim sebelumnya pada fase klasik. Kendati pada fase-fase klasik pemikiran ekonomi oleh cendikiawan muslim terfragmentasi, tidak utuh, bahkan cenderung bercampur dengan tema-tema lain, proyek intelektual itu setidaknya telah mempengaruhi konstruksi pemikiran ekonomi islam di fase kontemporer berikutnya.
            Kini, fase kontemporer, pemikiran ekonomi islam klasik terus di gali, di tafsir ulang, dikontekstualisasikan hingga diterjemahkan secara sistematis sehingga melahirkan semacam spektrum ekonomi islam yang unik dan terdiferensiasi apabila dibandingkan dengan sistem ekonomi konvensional. Kapitalisme lanjut telah tumbuh dalam bentuk yang superhebat, halus, dan kasar. Kapitalisme lanjut telah melahirkan satu sindrom yang yang kelihatan sederhana, tetapi sesungguhnya memiliki fungsi yang ppenting dan besar bagi budaya ekonomi global dewasa ini. tumbuh salama 300 tahun.ini petanda bahwa kapitalisme lanjut telah menjadi sesuatu yang kompleks dengan tingginya tingkat ketergantungan padanya, lengkap dengan paradoks serta kontradiksi yang dihasilkan oleh kapitalisme lanjut ini. Krisis siklis, dehumanisasi ekonomi, dan konglomerasi telah menjadi paradoks kapitalisme lanjut yang tidak bisa disingkirkan, bahkan tanpaknya menubuh dengannya.
            Kapitalisme lanjut telah melahirkan satu sindrom yang yang kelihatan sederhana, tetapi sesungguhnya memiliki fungsi yang ppenting dan besar bagi budaya ekonomi global dewasa ini. tumbuh salama 300 tahun.ini petanda bahwa kapitalisme lanjut telah menjadi sesuatu yang kompleks dengan tingginya tingkat ketergantungan padanya, lengkap dengan paradoks serta kontradiksi yang dihasilkan oleh kapitalisme lanjut ini. Krisis siklis, dehumanisasi ekonomi, dan konglomerasi telah menjadi paradoks kapitalisme lanjut yang tidak bisa disingkirkan, bahkan tanpaknya menubuh dengannya.
Kapitalisme lanjut telah melahirkan satu sindrom yang kelihatan sederhana, tetapi sesungguhnya memiliki fungsi yang penting dan besar bagi budaya ekonomi global dewasa ini. Akar dari kritisisme mazhabz Alternatif adalah kecendrungan memodifikasi, simplikasi ekonomi neoklasik dalam ekonomi islam kontemporer. Kritik yang tajam dari mazhab alternatif tidak bertujuan menyalahkan, tetapi hanyalah sebagai dorongan untuk memproduksi teori-teori ekonomi yang lebih autentik lagi berdasarkan kerangka islam dan orisinal diproduksi dari khazanah islam.

Ø KOMENTAR
Baqir as-sadr mencoba menghancurkan teori lama kemudian menggantinya dengan teori yang baru. Sementara mazhab mainstream dikritik sebagai penjiplakan ekonomi neoklasik dengan menghasilkan variable zakat serta niat, kritik menjadi fondasi bagi mazhab alternative dalam hal membangun model dan struktur ekonomi islam. Dan mengkaji ekonomi islam secara rinci.
Berbeda dengan Leon Walras yang menggunakan Realisme dan Empirisme yang menjadi karakter utama ilmu ekonominya. Leon Walras juga menggunakan matematika ekonomi sebagai sebuah instrument yang bertujuan untuk menyediakan solusi tepat, akurat, terukur, dan matematis dalam memecahkan permasalahan penentuan harga, dsb. Tapi kenyataannya antara mazhab baqir as-sadr, mazhab mainstream terjadi perbedaan dengan mazhab alternative sehingga mereka harus berjarak seperti sebuah yang membedakan pemikiran mereka.
Ø  KESIMPULAN
Eknonmi dalam makna sebagai sebuah proses membangun pemikiran ekonomi dan mengembangkan ilmu ekonomi sebagai disiplin profesional tidak lain adalah artefak dan dikontruksi secara sosial. Bagaimana dengan ekonomi islam dan bagaimana Muhammad Baqir as-sadr menilai kecendrungan ini?
Ekonomi islam dalam istilah umum yang diajukan ekonomi muslim tidak mengenal adanya konsepsi “utilitas maksimum”. Hal ini berarti  bahwa islam tidak pernah mengajarkan pemeluknya untuk berlomba-lomba dan menjatuhkan diri pada hyperconsumtion. Tidak berlebih-lebihan (mubazir), meletakkan etika  konsumsi sebagai bagian utama, dan membayarkan hak orang lain atas makanan yang dimiliki (Q.s.6: 141) adalah panduan yang harus dikenal dan dihayati oleh seorang muslim. Logika Positivisme adalah “daya tarik”yang ada dalam aliran ortodoks ekonomi.Aliran ini, menurut A.Prasetyantoko, dicirikan dengan basis utamanya pada Walrasian.Pandangan ini menjadi semacam aliran utama dalam ilmu ekonomi(mainstream circle).
Pada fase kontemporer –pemikiran ekonomi, lebih spesifiknya dalam bentuk mazhab Baqir as-sadr, mazhab maenstream, dan mazhab alternatif telah melahirkan berbagai gagasan ekonomi islam yang berbeda kendati mereka bertolak dari satu titik yang sama, yakni islam sebagai landasan dan sumber nilai-nilai ilmiah.
            Tumbuhnya fase kontemporer ekonomi islam agagknya adalah mata rantai dari semangat pemikiran ekonomi yang tummbuh di dunia muslim sebelumnya pada fase klasik. Kendati pada fase-fase klasik pemikiran ekonomi oleh cendikiawan muslim terfragmentasi, tidak utuh, bahkan cenderung bercampur dengan tema-tema lain, proyek intelektual itu setidaknya telah mempengaruhi konstruksi pemikiran ekonomi islam di fase kontemporer berikutnya.

|
This entry was posted on 06.38 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: